Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cacing Mini dan "Kaki Gajah"

Kompas.com - 19/11/2009, 06:21 WIB

Diagnosis dini orang yang mengandung mikrofilaria baru dapat ditegakkan jika ditemukan gejala dan tanda akut filariasis. Gejalanya, antara lain, demam berulang dan pembengkakan kelenjar getah bening. Dapat terjadi ketiak tampak kemerahan, panas, dan sakit, selain juga pembesaran organ tubuh.

Gejala klinik kronis berupa pembesaran menetap pada tungkai, lengan, payudara, atau buah zakar. Namun, umumnya, diagnosis baru ditegakkan setelah penyakit berkembang 5-6 bulan setelah dapat ditemukan mikrofilaria dalam darah tepi. Ada kalanya, tidak muncul gejala klinis, baik akut maupun kronis, sehingga orang itu tidak merasakan terserang filariasis.

Pakar filariasis lainnya, dr Agnes Kurniawan Phd dari Fakultas Kedokteran UI, mengatakan, jika tak diobati, pembesaran terus terjadi sehingga membentuk jaringan ikat dan kulit menebal. Akibatnya, timbul cacat menetap.

Diagnosis filariasis sedini mungkin membantu penyembuhan penderita. Deteksi dilakukan dengan mengenali gejala akut dan kronis yang dipastikan lewat pemeriksaan darah pada jari penderita pada malam hari.

Dr Agnes mengatakan, penanganan kasus berat filariasis dapat melalui operasi. Limfe yang tersumbat alirannya dialihkan ke pembuluh vena sehingga penderita sembuh. Namun, jika kulit sudah telanjur menebal, cacat akan menetap. ”Operasi yang dilakukan berupa operasi estetika dan sulit bisa kembali seperti semula,” ujar dr Agnes.

Prof Soleha mengatakan, penderita dengan pembesaran menetap justru tubuhnya sudah tidak mengandung cacing lagi sehingga tidak menularkan. Cacing filarial dalam tubuh orang itu sudah mati.

Penanggulangan filariasis dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pengurangan reservoir penular, penanggulangan vektor (nyamuk), dan pengurangan kontak vektor dan manusia.

Khusus pengobatan massal, prosedur sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pengobatan massal sejak lama menggunakan diethylcarbamazine citrate (DEC) yang sudah dipraktikkan di 50 negara mencakup 496 juta orang.

Di Indonesia sebanyak 11.699 kasus kronis filariasis ditemukan di 378 kabupaten/kota. Berdasarkan pemetaan didapatkan, prevalensi mikrofilaria di Indonesia sebesar 19 persen, yang berarti 40 juta orang yang tubuhnya membawa mikrofilaria.

Indonesia pun berusaha memberantas penyakit tersebut dengan belakangan mengguyur DEC, albendazole, dan paracetamol ke jutaan warga, berharap si cacing mini tak lolos dari kepungan pembasmian. (Indira Permanasari)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com