Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Kemauan Politik untuk Atasi Epidemi

Kompas.com - 15/01/2010, 08:15 WIB

Kanker payudara bisa dibilang penyakit akibat kemajuan zaman. Selain akibat rokok dan zat pencemar, faktor hormonal dan gaya hidup modern dituding ikut andil dalam timbulnya kanker payudara.

Perbaikan asupan gizi menyebabkan perempuan semakin cepat mendapatkan haid, sebaliknya menopause semakin lambat, yaitu lebih dari usia 55 tahun. Ahli toksikologi yakin, hal ini tak lepas dari peran zat-zat kimia dalam mengubah keseimbangan hormonal tubuh. Demikian juga penggunaan obat hormon dalam jangka panjang. Seabad lalu, perempuan umumnya mendapat haid pada usia 16-17 tahun, kini mereka haid pertama pada usia 12-13 tahun.

Banyaknya perempuan bekerja menyebabkan mereka menunda kehamilan, mengurangi jumlah anak dan waktu menyusui. Penelitian menunjukkan, perempuan yang melahirkan anak kurang dari dua berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan dengan perempuan yang melahirkan anak lebih banyak. Ternyata, kehamilan dan masa menyusui bermanfaat memberikan kesempatan bagi tubuh untuk ”libur” dari paparan hormon estrogen.

”Perubahan pola reproduksi meningkatkan ancaman kanker payudara sampai 30-40 persen,” kata Dr Wei Zheng, ahli epidemiologi dari Vanderbilt University, Nashville, Amerika Serikat, seperti dikutip majalah Time, Oktober 2007.

Penyebab lain adalah gaya hidup modern yang menyebabkan orang kurang gerak, mengonsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak hewan, serta kurang sayur dan buah. Juga adanya predisposisi genetik (mutasi gen BRCA1 dan BRCA2).

Di Indonesia, berdasarkan data Global burden of cancer (Globocan), kanker payudara merupakan kanker terbanyak pada perempuan (26 per 100.000) diikuti kanker leher rahim (16 per 100.000). Hal itu sesuai dengan data Sistem Informasi Rumah Sakit, yang menyatakan dalam kurun waktu 2004-2007 kanker payudara menempati tempat pertama dari 10 jenis kanker terbanyak yang tercatat di rumah sakit, diikuti kanker leher rahim.

Sebanyak 70 persen kasus kanker payudara ditemukan dalam stadium lanjut (III dan IV) sehingga angka kesintasannya rendah. Hal itu, menurut salah seorang pembicara dalam diskusi ”Kanker Payudara sebagai Problem Kesehatan masyarakat”, dr Sutjipto SpB(K) Onk yang juga Ketua Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, akibat masih rendahnya kesadaran, pengertian, dan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara, sementara penanganan kanker belum mendapat prioritas dari pemerintah.

Selain itu, belum ada program deteksi dini massal, keterbatasan masyarakat mengakses pengobatan yang berkualitas karena masalah ekonomi, serta faktor sosial budaya yang tidak menunjang, misalnya lebih percaya kepada pengobatan alternatif ataupun mitos salah tentang kanker.

Upaya pengendalian
Kanker merupakan penyakit yang sangat menyengsarakan penderita dan keluarganya. Selain menimbulkan kenyerian hebat pada stadium lanjut, pengobatan kanker sangat mahal sehingga mengganggu perekonomian keluarga.

Untuk itu pemerintah dan masyarakat perlu melakukan langkah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan politik, dan strategi dalam mengatasi kanker.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com