JAKARTA, KOMPAS.com - Masih banyak orang yang belum tahu, daun bambu termasuk herba potensial. Kandungan flavonoidnya cukup tinggi. Di Cina, ekstrak daun ini dimanfaatkan untuk melindungi jantung.
Selama ini, bagian tanaman bambu yang disering dimanfaatkan adalah batangnya. Daun dan bagian lainnya cuma jadi limbah. Berbeda dengan yang berlaku di Cina. Di Negeri Tirai Bambu, daun bambu justru memiliki sejarah pengobatan dan pangan yang panjang.
Manfaat daun bambu pertama kali diungkap dalam kitab Ming Yi Bie Lu (Catatan Dokter Ternama), yakni untuk meluruhkan dahak serta meredakan batuk dan susah napas. Khasiat lain di antaranya adalah menetralkan racun dalam tubuh.
Kamus Besar Herbal Cina juga menuliskan bahwa daun bambu berfungsi mengeluarkan panas, ampuh mengembalikan cairan, dan bersifat diuretik (melancarkan air seni). Tahun 1998, daun bambu dikategorikan oleh Badan Kesehatan Cina dalam daftar herbal alami untuk obat dan pangan.
Sejuk dan Harum
Jenis tanaman bernama Latin Phyllostachys nigra ini tumbuh di daerah Sungai Yangtze, tepatnya di Cina bagian selatan. Pakar kedokteran Cina kuno mendeskripsikan fungsi obat dan pangan daun bambu dalam kitab Yao Pin Hua Yi atau kitab penggalian arti herbal-herbal, yakni bersifat sejuk, harum, dapat masuk ke meridian jantung, rasanya pahit dan sejuk, chi-nya juga sejuk.
Penelitian menunjukkan, daun bambu mengandung banyak zat aktif, yakni flavonoid, polisakarida, klorofil, asam amino, vitamin, mikroelemen, dan sebagainya, sehingga baik untuk menurunkan lemak darah dan kolesterol. Juga bisa menurunkan oksidasi antioksidan atau radikal bebas, sebagai bahan antipenuaan, serta mampu menjaga stamina dan mencegah penyakit kardiovaskular.
Muliadi Lim OMD-oriental medical doctor dari Shanghai TC University mengungkapkan, kandungan flavonoid daun bambu memiliki efek positif pada kemoterapi terhadap sumsum tulang dan imunitas tubuh, bisa memperbaiki aliran mikrovaskular bagi penderita jantung, fungsi trombosit, dan peredaran darah di otot jantung.
Mirip Hemoglobin
Pakar kesehatan dari Jepang meyakini susunan flavonoid daun bambu mirip susunan hemoglobin. Karena itu, daun bambu bisa langsung disuntikkan ke dalam vena dan dapat meningkatkan efisiensinya.
Flavonoid daun bambu juga aman, tak beracun. Uniknya, flavonoid daun bambu merupakan sumber daya domestik flavonoid pertama yang ditemukan di negeri Cina dan telah dipatenkan secara resmi.
Badan Kesehatan di Provinsi Zhe Jiang-Cina, melalui tes toksiologi, melakukan uji oral ekstrak daun bambu pada tikus dengan dosis LD50, yang lebih besar dari 10g/kg berat badan tikus. Hasilnya daun bambu bebas racun.