Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Menjadi Korban Kekerasan Seksual

Kompas.com - 25/07/2010, 10:52 WIB

PALEMBANG, KOMPAS.com - Pornografi dapat membuat anak menjadi korban kekerasan seksual, karena secara fisik dan psikologis anak-anak sangat mudah diintimidasi.

"Anak-anak sosok yang sangat mudah untuk dijadikan objek kekerasan baik fisik maupun secara seksual, karena mereka tidak memiliki daya upaya seperti orang dewasa. Sementara orang yang melihat hal-hal berbau pornografi tentunya ujung-ujungnya akan mencari pelampiasan, dan paling mudah dijadikan objek adalah anak-anak," kata ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumatera Selatan Hj Siti Romlah Azhari di Palembang, Minggu (25/7/2010).

Dia tak menyangkal, sejak maraknya peredaran video porno Ariculun (Ariel-Cut Tari-Luna Maya), pihaknya telah menerima laporan beberapa kasus perkosaan anak di bawah umur.

Meskipun, pihak korban tidak mau membuka diri, namun berdasarkan investigasi dari KPAID Sumsel hal tersebut benar-benar terjadi.

"Kami mendapati kasus yang bukan dari pelaporan terjadi di Kabupaten Musi Banyuasin. Ada anak SD kelas lima diperkosa oleh anak SMP kelas satu, karena menyaksikan rekaman video porno dari ponsel pamannya secara tidak sengaja," kata dia.

Dia melanjutkan, artinya terjadinya kasus pemerkosaan itu karena keteledoran orang dewasa yakni pamannya.

"Anak-anak itu sebenarnya adalah kertas putih tergantung dari keluarga dan lingkungan yang mendidiknya. Jadi orang-orang dewasa berada di sekitarnya harus waspada dan jangan hal-hal yang berbau pornografi sampai di tangan anak-anak," kata dia.

Dia mencontohkan, semisal ada orangtua yang penasaran menyaksikan video porno Ariculun boleh-boleh saja untuk melihatnya, namun setelahnya harus segera dihapus.

"Jika orangtua tertangkap tangan oleh anaknya mengkoleksi video ini, tentunya harga dirinya akan hilang. Jadi harus benar-benar hati-hati dan bertindak bijak sebagai orangtua," ucap dia.

Terdapat banyak bahaya yang ditimbulkan oleh pornografi, yang sifatnya secara berangsur-angsur dan bisa menyebabkan kecanduan.

"Seperti orang yang gemar minuman keras, lama-lama dia akan menjadi pecandu. Anak-anak juga demikian, semakin sering melihat hal-hal berbau pornografi, kemungkinan terjadi penyimpangan seksual atau kecanduan seks semakin besar," ujar dia.

Apalagi saat ini media massa semakin gencar menayangkannya. Kondisi semacam ini akan memperbesar bahaya potensial yang ada pada pornografi.

"Semakin sering anak-anak melihat pornografi, mereka akan mempelajari sebuah pesan yang sangat berbahaya dari pembuat pornografi, yaitu seks tak bertanggung jawab adalah boleh dan dibutuhkan," kata dia.

Selama waktu kritis tertentu pada masa kanak-kanak, otak anak kecil telah terprogram tentang orientasi seksual. Selama periode ini, pikiran tersebut terlihat membangun jaringan mengenai apa yang merangsang atau menarik seseorang.

"Melihat norma-norma dan perilaku seksual yang sehat selama waktu kritis itu, dapat membentuk orientasi seks sehat. Sebaliknya, jika melihat penyimpangan seksual bisa terpatri dalam otaknya dan menjadi bagian tetap dalam orientasi seksualnya," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com