Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Kanker di Balik Kentang Goreng

Kompas.com - 29/10/2010, 14:29 WIB

LEEDS, KOMPAS.com — Siapa yang tak tergoda dengan kelezatan kentang goreng. Kerenyahan dan sensasi rasanya saat disajikan hangat membuat ketagihan. Namun, bagi Anda yang keranjingan makanan ini, sebaiknya tetap waspada. Kandungan acrylamide dalam kentang goreng diduga meningkatkan risiko mengidap kanker, terutama pada wanita muda.

Seperti yang dipubliaksikan dalam British Journal of Cancer, kebiasaan menyantap makanan mengandung acrylamide memperbesar risiko mengidap  kanker payudara, khususnya pada wanita yang belum memasuki masa menopause.

Para ilmuwan di University of Leeds, Inggris, melakukan penelitian berskala besar yang melibatkan 33.7331 perempuan berusia 35-69 tahun. Para perempuan ini dipantau selama 11 tahun dalam riset yang bertajuk "United Kingdom Women's Cohort Study". Dalam riset ini, peneliti mengkaji asupan makanan mengandung acrylamide, zat berpotensi karsinogen yang juga ditemukan dalam jenis makanan renyah lainnya, seperti keripik kentang.

Selama penelitian tersebut, para ahli mencatat setidaknya ada 1.084 kasus payudara yang terdiagnosis. Para ahli menemukan, asupan acrylamide tidak menjadi faktor tunggal yang memicu risiko kanker payudara pada wanita. 

Namun setelah memperhitungkan variabel lainnya, kebiasaan mengonsumsi acrylamide dapat meningkatkan risiko kanker payudara sekitar 20 persen pada wanita premenopause.

Acrylamide adalah senyawa organik dengan rumus kimia C5H5NO. Senyawa ini dapat terbentuk pada bahan makanan berkarbohidrat tinggi, seperti jagung, kentang, singkong, dan tepung-tepungan yang disajikan dengan digoreng, dipanggang, atau dibakar pada suhu di atas 120 derajat celsius.

Sejumlah makanan, seperti keripik kentang, atau produk berbahan kentang lain, seperti kentang goreng, cereal (produk sarapan pagi), produk-produk bakery (roti panggang), dan produk yang dibuat dari jagung atau tepung jagung, diyakini memproduksi acrylamide dalam pengolahannya. Hal ini terjadi karena penyajiannya secara umum memerlukan suhu tinggi dan waktu cukup lama, apalagi bila terjadi perubahan warna menjadi kecoklatan (terlalu matang) atau hangus.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau