Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pneumonia dan Merapi

Kompas.com - 04/11/2010, 04:59 WIB

Pemeriksaan penunjang medik tidak dianjurkan WHO untuk dikerjakan pada semua kasus yang diduga pneumonia. Dalam hal ini dapat dilakukan foto rontgen dada, meskipun tidak disarankan secara rutin sebab pemeriksaan ini hanya bermanfaat pada kasus pneumonia rawat inap, tidak yakin pneumonia, komplikasi pneumonia, dan gejala yang menetap atau memburuk, serta tidak dapat memastikan penyebabnya. Pemeriksaan laboratorium untuk mencari peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) dan hitung jenisnya untuk semua kasus, juga pemeriksaan biakan dan pewarnaan gram dahak atau sputum untuk pneumonia berat pada anak yang lebih besar dan dicurigai penyebabnya bakteri. Perihal penyebab virus hanya dilakukan pemeriksaan antigen saja, tanpa biakan. Pemeriksaan mikroskopis cairan rongga paru (pleura) hanya dilakukan apabila terjadi efusi pleura, juga untuk menentukan terapi antibiotika. Pemeriksaan tuberkulin (PPD atau uji Mantoux) dapat dipertimbangkan untuk anak dengan riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa.

Tata laksana

Sebagian besar pasien anak dengan pneumonia dapat ditempuh pengobatan rawat jalan dan untuk sementara tetap tinggal di rumah atau barak pengungsian. Meskipun demikian, mungkin ada beberapa kasus yang memerlukan rawat inap di puskesmas rawat inap terdekat atau bahkan harus dirujuk ke RS.

Apabila memungkinkan, kadar oksigen dalam darah (saturasi) pasien diperiksa, dan apabila < 92 persen pada saat bernapas dengan udara kamar, harus diberikan terapi oksigen. Infus, obat turun demam antipiretik dan nebuliser dengan beta 2 agonis dan atau NaCl dapat diberikan. Fisioterapi dada tidak dianjurkan karena tidak bermanfaat. Pemberian makanan per oral sebaiknya ditunda pada saat terjadi gawat pernapasan dan dialihkan menggunakan sonde lambung (NGT). Pengobatan utama untuk pneumonia adalah pemberian antibiotika.

Dengan menggunakan kriteria sederhana di atas, kita semua diharapkan mampu mengenali pneumonia. Penatalaksanaan pneunomia secara tepat, terutama pada anak-anak yang terkena dampak abu vulkanik Gunung Merapi, akan dapat menurunkan mortalitas, sebagai bagian dari langkah besar menuju kesehatan paru dunia.

FX WIKAN INDRARTO Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit BethesdaYogyakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com