Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejauh Apa Percikan Batuk Menyebar?

Kompas.com - 11/01/2011, 14:18 WIB

Kompas.com — Pernahkah Anda menyadari seberapa jauh penyebaran kuman dari batuk atau percikan bersin? Atau sebenarnya bisakah kita menghentikan penyebaran kuman dengan cara menutup mulut saat sedang batuk?

Untuk mengetahui hal tersebut, para peneliti dari Singapura melakukan penelitian menggunakan teleskop raksasa yang sering dipakai untuk keperluan astronomi dan kamera berkecepatan tinggi.

Kamera yang mampu menangkap (capture) obyek hingga 250.000 gambar per detik ini memungkinkan para peneliti mengamati aerosol atau embusan dari saluran pernapasan. Seperti diketahui, percikan dari mulut atau embusan udara bisa mengandung partikel yang dapat menginfeksi.

Riset yang dipimpin Julian Tang, ahli virologi dari Singapore's National University Hospital, ini bertujuan mempelajari kecepatan dan jarak percikan yang berasal dari batuk, bersin, juga aktivitas tertawa, menangis, bernyanyi, bersiul, berbicara, bernapas, atau mendengkur.

Penelitian ini memang belum menghasilkan kesimpulan. Namun, sejauh ini, menurut Tang, percikan dari tertawa dan bersiul merupakan media penyebaran infeksi yang paling efektif.

"Saat tertawa akan diembuskan percikan yang kuat dan menyebar. Kami menduga, ketika bernyanyi, terutama penyanyi profesional mungkin menghasilkan embusan yang labih kuat lagi," katanya.

Kendati demikian, lanjutnya, penyebab penyakit atau infeksi tergantung pada banyak faktor, seperti ketahanan virus di udara luar serta bagaimana respons tubuh orang yang terkena embusan atau percikan itu.

Para peneliti berharap hasil penelitian ini bisa memberikan panduan yang lebih baik dalam pengendalian infeksi, seperti berapa jarak tempat tidur di rumah sakit dan tindakan karantina dalam satu tempat untuk merawat seseorang yang terjangkit infeksi penyakit lewat udara, seperti campak, flu, dan TBC, yang kebal atas pengobatan. Para peneliti juga ingin mengetahui efektivitas masker dalam mencegah penyebaran kuman.

"Dengan mengetahui cara penyebarannya, tentu akan diketahui cara yang efektif untuk mencegahnya," katanya. Kita tunggu saja hasilnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau