Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bahaya" Di Balik Korset

Kompas.com - 15/01/2011, 09:22 WIB

Kompas.com - Wanita cenderung melakukan apapun untuk terlihat indah. Dan, wanita sensitif dengan bagian tengah tubuh yang tidak Indah. Perut yang menggelambir atau menyembul, seringkali membuat percaya diri wanita menjadi sangat rendah. Lagipula, siapa, sih, yang tidak ingin memiliki tubuh bak gitar spanyol?

Salah satu yang dilakukan untuk mengakali bagian perut yang kurang indah adalah dengan menggunakan korset yang secara instan mampu membuat perut terlihat lebih ramping. Padahal memaksakan bentuk tubuh dengan melakukan pengencangan cara ini juga mengandung risiko. Apa risikonya?

Menguntungkan Si Dada Besar

Korset didesain bukan sekadar memberikan tekanan pada pinggul tetapi beberapa tulang yang berada di depan rusuk juga bermanfaat membentuk postur lebih tegak. Korset juga dikatakan memberikan dukungan yang cukup signifikan terhadap tulang belakang.

Keuntungan korset yang memiliki daya dukung rangka ini, kemudian dikatakan dapat mengurangi rasa sakit dan peradangan bagi mereka dengan gangguan otot ataupun gangguan tulang rangka.

Begitu pula para pemilik dada besar menganggap, korset dapat membantu menyangga beban mereka tersebut. Kondisi ini kemudian dipercaya telah mampu mengurangi nyeri punggung yang dirasakan, dibanding ketika menggunakan bra biasa.

Mengurangi Napsu Makan

Korset memang memiliki peran utama membantu wanita di bidang estetik. Pengenaan korset juga ditujukan untuk memberi efek pinggul yang ramping bak jam pasir.

Selain memberi efek langsung pada pinggul, tekanan rongga perut ketika mengenakan korset juga memberi dampak menekan napsu makan. Orang pun mempercayai penggunaan korset lama kelamaan dapat menurunkan berat badan dan membantu perampingan perut lebih effektif.

Sayangnya, tidak demikian menurut dr. Elelou Canoy (Hannah), amd, cmt.,  praktisi chiropractic  dari Anahata Wellness Center .

“Tidak benar korset bisa membuat perut lebih ramping. Menggunakan korset terlalu sering, setiap hari atau sepanjang hari justru dapat menyebabkan penyakit serius!” sanggah dokter Hannah mementahkan anggapan tersebut.

Risiko Myoma

Penggunaan korset yang berlebihan, ditegaskan Hannah, bukan hanya tidak nyaman bagi tubuh wanita. Jika terus menerus digunakan lebih dari 3 hingga 6 jam sehari, apalagi dipergunakan setiap hari di atas panjang waktu tersebut, sangat berisiko menyebabkan myoma.

“Ketika Anda mengenakannya setiap hari dan ia menekan sangat keras area perut, area seputar tersebut menjadi tidak relaks. Ini berisiko memicu myoma pada wanita,” ungkapnya.

Hannah melanjutkan, bila memang ingin penampilan prima, menggunakan korset masih bisa dilakukan hanya pada saat-saat khusus. Pada saat akan pergi ke pesta atau acara penting lainnya, Anda bisa menggunakan korset sepanjang tidak lebih dari 6 jam.

Jika ternyata Anda tak mampu menolak menggunakan korset lebih dari 12 jam, sebaiknya lakukan self massage untuk melancarkan kembali peredaran darah di area perut.

Pijatan bisa dilakukan sendiri dengan sentuhan yang lembut seperti mengelus perut. Akan lebih baik bila Anda menambahkan penggunaan minyak yang dapat menstimulasi otot perut dan merelaksasinya.

Pemijatan ini tidak harus dilakukan dalam frekuensi tinggi. Justru Hannah menyarankan melakukan self massage  pada perut sekali dua kali saja dalam sehari, atau sesukanya.

Khusus bagi wanita yang baru saja melahirkan, self massage  sebaiknya dilakukan setelah sudah tidak ada lagi darah nifas atau minimal satu bulan setelah melahirkan.

Diet dan Olahraga

Mengingat risiko berat yang mengancam pengguna korset, Hannah tidak menyarankan para wanita untuk mengandalkan korset untuk mencapai perut ramping.

Jika ingin mencapai perut ramping, Hannah menyarankan untuk menggunakan cara-cara alami. “Lakukan diet secara tepat, olahraga seperti lari, berenang, tai chi, pilates dan lain-lain untuk membuat perut lebih ramping,” saran Hannah.

Terutama lakukan diet dengan membatasi konsumsi karbohidrat. Bukan menghilangkan asupan karbohidrat.

Saran Hannah, membatasi karbohidrat dengan memodifikasi jadwal makan. Misalnya, sarapan pagi cukup dengan dua potong ubi atau singkong. Kemudian makan malam dan makan siang bisa dengan satu cangkir nasi. Khusus makan malam berupa nasi sebaiknya di bawah pukul 6 malam. Jika telah lewat pukul 6 malam, menu diganti dengan sayuran karena sudah tidak terlalu membutuhkan energi.

“Dan ingat, bentuk perut itu tergantung juga dengan genetik,” ungkap Hannah mengingatkan para wanita untuk tidak menghukum dirinya berlebihan akibat bentuk perut yang tidak indah. (NOVA/Laili Damayanti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau