TOKYO, KOMPAS.com — Tingkat radiasi di dekat sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir yang rusak akibat gempa di Jepang sekarang berbahaya bagi kesehatan manusia. Pemerintah Jepang menyampaikan hal itu setelah dua ledakan dan kebakaran di fasilitas tersebut, Selasa (15/3/2011).
"Tidak ada keraguan bahwa tidak seperti pada masa lalu, angka sudah berada pada level di mana kesehatan manusia dapat terpengaruh," kata Kepala Juru Bicara Pemerintah Jepang Yukio Edano.
Puluhan ribu orang telah dievakuasi dari zona yang ada dalam radius 20 kilometer dari pembangkit Fukushima No. 1, 250 kilometer di timur laut Tokyo. Namun, Perdana Menteri Naoto Kan mendesak masyarakat yang tinggal dalam jarak 10 kilometer dari zona eksklusif di sekitar pembangkit itu untuk tinggal di dalam rumah.
Selasa pagi, ledakan terjadi pada reaktor nomor dua di pembangkit tersebut. Edano kemudian mengatakan, ada juga ledakan yang memicu kebakaran di reaktor nomor empat. Meskipun reaktor nomor empat ditutup untuk pemeliharaan ketika gempa dan tsunami melanda pada Jumat lalu, "Bekas bahan bakar nuklir dalam reaktor itu memanas, menciptakan hidrogen dan memicu ledakan hidrogen".
Dia mengatakan, zat radioaktif bocor bersama dengan hidrogen. "Perlu diingat bahwa apa yang terbakar bukan bahan bakar nuklir itu sendiri," kata Edano. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk memadamkan atau mengendalikan api sesegera mungkin."
Ledakan hidrogen serupa telah merusak reaktor nomor satu dan nomor tiga pada hari Sabtu dan Senin. Bangunan-bangunan bagi empat dari enam reaktor di pembangkit itu, yang beroperasi tahun 1971, kini telah rusak karena ledakan.
Edano mengatakan, zat radioaktif mungkin telah menyebar di wilayah sekitar 20-30 kilometer. Namun, zat-zat itu akan menghilang saat menyebar semakin jauh.
Jepang kini berjuang mengatasi kondisi darurat nuklir setelah gempa dan tsunami dahsyat pada Jumat lalu memutuskan aliran listrik ke pembangkit berusia 40 tahun itu dan menggagalkan sistem pendinginnya. Para petugas telah berjuang untuk mencegah kebocoran pada reaktor yang rusak. Mereka mengatakan, batang bahan bakar mungkin telah rusak karena overheating.
Krisis nuklir itu telah membuat penduduk di daerah sekitar, yang tengah berjuang pasca-gempa dan tsunami, jadi terkesima. "Ada sangat sedikit orang keluar di jalan-jalan," kata Mako Sato, seorang pelayan kafe di kota Miharumachi, tepat di luar zona evakuasi. "Mereka tinggal di rumah atau di pusat-pusat evakuasi karena kondisi di sekitar pembangkit nuklir sangat tidak menentu. Persediaan makanan kurang dan semua pelanggan berbicara tentang gempa dan betapa menakutkannya hal itu karena kami masih merasakan gempa susulan."
Seorang karyawan di Chisun Hotel di Koriyama mengatakan, tidak ada tanda-tanda kepanikan meskipun ada krisis nuklir. "Setiap orang tenang. Namun karena ada kekhawatiran keamanan setelah gempa, kami tidak menerima bisnis baru," kata karyawan itu. "Makanan sangat sedikit. Convenience store yang terdekat semuanya tutup. Kami melakukan yang terbaik dengan layanan yang kami punya."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.