Sejak Sabtu sore pekan lalu, untuk sementara mereka melupakan dulu keindahan bawah laut. Kali ini, mereka harus mencari 25 penumpang dan awak dalam pesawat Merpati yang jatuh beberapa menit sebelum mendarat dalam rute Sorong-Kaimana.
Mencari jenazah, kata Yaser, adalah pengalaman pertamanya. Bahkan, bisa jadi pengalaman pertama bagi semua penyelam yang membantu proses evakuasi jenazah. Tanpa persiapan khusus, dia bersama tujuh penyelam yang ada saat itu langsung nyemplung ke laut. Mereka hanya berbekal keberanian dan tekad untuk mencari korban pesawat. ”Ada perasaan ngeri dan takut. Tetapi, bagaimana lagi,” katanya melukiskan pergulatan batin mereka.
Kegelisahan berburu jenazah di laut juga dirasakan Martinus Febrian (25), penyelam dari SAR Sorong. Rasa takut kerap menyergap. Maklum, kali ini yang mereka cari bukanlah material berupa barang-barang, tetapi jasad. Mereka harus menentukan pilihan dengan cepat: menyelamatkan barang atau jasad korban.
Saat menemukan 2 potongan kaki, secara tak sengaja Martinus menemukan flight data recorder. Untuk membawaya ke permukaan tak mudah karena berat. ”Saya minta teman
Kondisi jasad korban yang tidak lagi utuh membuat penyelam ini sedikit ”risih”. Sebisa mungkin, mereka mengangkat jenazah tanpa menyentuh tubuhnya. Sebab, selain rasa ngeri bercampur takut, mereka menghindari risiko terpapar kuman dan bakteri dari jasad yang sudah 2-3 hari terbenam di dasar laut.
Bukan hanya bertarung dengan rasa takut, para penyelam juga berhadapan dengan risiko terseret arus atau bertabrakan dengan puing-puing bangkai pesawat. Pasalnya, dasar laut di Tanjung Simora sedalam 12-20 meter itu keruh oleh lumpur. Jarak pandang di dalam laut yang hanya 0,5-1 meter
Devy mengaku harus ekstra hati-hati. Jangan sampai tertabrak puing pesawat yang terseret ombak.
Karena itu, penyelam selalu terjun bersama. Minimal, seorang penyelam ditemani satu penyelam lain.
Meski menyelam bersama, ketika di dalam laut, satu tim sering kali terpisah karena terganggu lumpur halus yang membuat mereka sulit
Arus bawah dan permukaan luat di lokasi jatuhnya pesawat itu 0,45 meter per detik. Jika tak awas, penyelam bisa terseret jauh dari lokasi pencarian.
”Never dive alone,