Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebersamaan dalam Sepanci Bubur Banjar

Kompas.com - 03/08/2011, 03:23 WIB

Acara memasak biasanya dimulai pukul 12.00 dan baru selesai pukul 15.00. Jika ibu-ibu meracik bumbu untuk bubur, kaum pria secara sukarela bergiliran mengaduk-aduk agar beras yang dimasak menjadi bubur. Alat yang digunakan untuk memasak adalah panci setinggi satu meter sehingga membutuhkan banyak tenaga untuk mengaduk bubur. Bubur yang sudah matang rasanya gurih dan hangat oleh rempah. Saat disajikan, bubur ditambah taburan bawang goreng dan sambal. Untuk buka puasa bersama di masjid, bubur banjar disuguhkan bersama kopi susu.

Masjid Darussalam dulunya langgar yang dibangun tahun 1910. Namun, sejak tahun 1965, dilakukan renovasi, langgar dibangun lebih besar menjadi masjid. Orang-orang Banjar yang semula singgah berdagang lama-kelamaan menetap dan beranak-pinak, bahkan tidak sedikit yang menikah dengan orang setempat.

Selain masjid, didirikan pula tempat pendidikan, yakni Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama Darussalam yang bertempat di belakang masjid. Derma dari para alumnus sekolah ditambah sedekah dari jemaah masjid menjadi sumber dana pembuatan bubur samin banjar. ”Dalam tradisi ini tidak terasa lagi kesukuan. Semua membaur membuat bubur untuk menyediakan sajian buka bersama,” kata Sofyan. (Sri Rejeki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com