Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Caesar Jadi Pilihan

Kompas.com - 26/09/2011, 07:08 WIB

Idealnya angka operasi caesar di rumah sakit pendidikan mencapai 15-20 persen dan 20-30 persen di rumah sakit rujukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat adanya peningkatan angka persalinan caesar di sejumlah negara. Selama tahun 2007-2008, menurut data WHO, ada 110.000 kelahiran di seluruh Asia dan 27 persen di antaranya dilakukan di meja operasi.

Calon ibu menjadikan bedah caesar sebagai primadona, antara lain, karena alasan takut sakit hingga perhitungan ”hari baik”. Bedah caesar juga semakin didongkrak beragam mitos keliru yang beredar di masyarakat. Mitos itu, antara lain, terkait dengan rusaknya vagina akibat melahirkan, yang sebenarnya tidak perlu ditakutkan.

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Muh Ilhamy S, SpOG, yang juga menjabat Kepala Subdirektorat Bina Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan menegaskan, caesar tanpa indikasi medis berisiko membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Komplikasi akibat anestesi ataupun pembedahan bisa saja terjadi.

Bedah caesar, menurut Ilhamy, biasanya dilakukan demi keselamatan ibu dan bayi. Namun, ia tak menafikan adanya kemungkinan orangtua mendapat firasat tertentu sehingga lebih nyaman melahirkan caesar.

Caesar dengan indikasi medis dilakukan, antara lain, ketika ibu tidak boleh mengejan karena menderita hipertensi, kejang rahim, ketuban pecah dini, atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala bayi.

Caesar juga bisa dilakukan karena faktor kesulitan bayi, seperti berat bayi di atas 4 kilogram, kelainan letak bayi, gangguan tali pusat, dan kelahiran prematur.

Dalam persalinan caesar, ibu bisa mengalami infeksi, luka kandung kemih, hingga pendarahan. Pendarahan rahim yang terjadi tanpa tanda rasa nyeri akibat robekan yang tidak kelihatan bisa membahayakan bayi pada kehamilan berikutnya. ”Semua tindakan operasi ada risikonya. Yang terburuk, caesar bisa menyebabkan rahim cacat,” ujar Ilhamy.

Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Supriyantoro mengatakan, angka kematian ibu melahirkan dengan caesar lebih tinggi dibandingkan dengan kelahiran normal. ”Operasi caesar seharusnya dilakukan berdasarkan indikasi medis,” kata Supriyantoro.

Senyaman apa pun, bedah caesar seharusnya tetap menjadi pilihan terakhir.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com