Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partisipasi Warga Bisa Cegah Risiko

Kompas.com - 11/10/2011, 02:46 WIB

SURABAYA, KOMPAS - Imunisasi massal difteri pasca- penetapan status kejadian luar biasa di Jawa Timur dimulai Senin (10/10). Warga di 34 kabupaten/kota diharapkan berpartisipasi untuk mencegah meluasnya difteri, menekan jumlah kematian, dan kesakitan.

”Partisipasi warga diperlukan. Sangat repot jika ditangani setelah terserang penyakit itu,” kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih pada puncak Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Kota Bogor, kemarin.

Di Jawa Timur, pemprov menyiapkan 40.000 ampul vaksin. ”Kabupaten/kota yang kekurangan segera dikirim,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur A Mudjib Afan.

Di Kabupaten Probolinggo, outbreak response immunization (ORI) diadakan Rabu besok di empat kecamatan, yaitu Krucil, Kuripan, Sumberasih, dan Bantaran. Di Kuripan, pada 2010, terdapat seorang penderita difteri. Di Krucil dan Sumberasih, dua penderita (2011).

Di Kota Surabaya, di Posyandu RW 14 Kelurahan Simokerto hanya tiga anak yang diimunisasi difteri. Sebagian besar yang datang pernah mendapat imunisasi lengkap.

Tidak tahu

Di Banyuwangi, imunisasi massal difteri, kemarin, kurang disambut warga. Sejumlah puskesmas sepi. Di Puskesmas Wongsorejo, orangtua yang antre tak tahu ada program itu.

Nurhayati, misalnya, hanya mengantar cucunya yang berusia empat tahun memeriksakan gigi. Ia tak tahu apakah cucunya sudah diimunisasi DPT Hb (difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B).

Ny Sari (35) juga tak tahu ada imunisasi difteri. Namun, ia akan membawa anaknya untuk ikut diperiksa. ”Anak saya sudah diimunisasi lengkap, tapi apa perlu diulang saya tak tahu,” katanya.

Petugas medis pun tanpa persiapan khusus. Kepala Puskesmas Mojopanggung dr Endrawan mengatakan, imunisasi massal baru akan dimulai 18 Oktober 2011. Selain difteri, juga akan ada vaksinasi campak dan tetanus.

RSUD Dr Soekandar Mojosari, Mojokerto, sejauh ini belum menerima pasien difteri.

Ahli penyakit tropik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof Ismoedijanto, menuturkan, program imunisasi menanggulangi meluasnya penularan penyakit harus berkelanjutan. Setidaknya butuh tiga tahun untuk benar-benar menekan penularan. ”Tak bisa ditanggulangi dalam waktu cepat,” katanya.

(ARA/NIT/DIA/TIF/GAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com