Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Diabetes Aman Digunakan asal...

Kompas.com - 10/02/2012, 16:13 WIB

Kompas.com - Bila pasien diabetes sudah mengatur makan dan melakukan cukup olahraga tetapi gula darah masih belum terkendali, maka diperlukan bantuan obat untuk menambah pengeluaran insulin atau pun menurunkan resistensi insulin.

Ada berbagai macam obat diabetes, baik yang oral atau suntikan. Pada obat oral biasanya dimulai dengan dosis relatif kecil kemudian dinaikkan bertahap jika perlu.

Seperti halnya obat lain yang tidak bebas dari efek samping, demikian juga halnya dengan obat diabetes. Efek samping ini bisa timbul bila obat diberikan terlalu banyak atau reaksi individu. Beberapa penelitian terbaru bahkan mengindikasikan adanya kaitan antara obat diabetes dengan peningkatan risiko kanker.

"Semua obat ada efek sampingnya. Oleh karena itu setelah obat itu diedarkan, ada yang disebut post surveilens," kata Dr. Ronald Hukom Sp.PD- KHOM, dokter penyakit dalam yang juga pakar di bidang kanker ini saat dimintai pendapatnya mengenai penggunaan obat-obatan diabetes yang dapat memicu kanker.

Ronald mengatakan, post surveilens diartikan sebagai pengawasan terhadap obat yang sudah diedarkan secara luas dan disetujui oleh badan yang berwenang, untuk kemudian dilihat sejauh mana efek samping yang mungkin ditimbulkan obat tersebut dalam jangka waktu yang lama. Di Indonesia pengawasan tersebut  dilakukan secara ketat dan dicatat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Ronald menilai, masyarakat tidak perlu cemas terkait adanya temuan yang menunjukkan risiko penggunaan obat-obatan diabetes seperti misalnya metformin, insulin dan sulfonylureas terhadap perkembangan kanker pankreas. Karena menurutnya, sepanjang bisa menjaga dosis dan ditangani oleh orang yang ahli, obat tersebut tidak akan berbahaya.

"Obat metformin obat bagus untuk diabetes dan murah. Buktinya tidak ada badan pengawas obat yang menarik dan menyebut obat ini berbahaya," kata dokter yang sehari-hari berpraktik di RS.Kanker Dharmais Jakarta ini.

Sekali pun ada efek sampingnya, namun jika risikonya jauh lebih kecil dibanding manfaatnya maka tidak perlu dikhawatirkan. "Tak perlu cemas sepanjang diawasi dan digunakan dengan dosis yang benar," tambahnya.

Ronald juga menyarankan agar setiap dokter memberikan penjelasan kepada pasien tentang efek samping obat yang mungkin ditimbulkan apabila digunakan dalam jangka waktu lama. Hal ini dimaksudkan agar pasien juga dapat menggunakannya dengan batas yang wajar.

"Kalau masih khawatir, konsultasikan kepada dokter yang memberikan obat. Karena efek samping obat pada setiap orang berbeda-beda," jelasnya.

Menurut Ronald, setiap obat punya efek samping berbahaya jika dalam penggunannya tidak mengikuti prosedur yang berlaku. Ia mengambil contoh penggunaan obat kemoterapi. Obat kemoterapi dapat dikategorikan obat yang berbahaya karena bisa mendatangkan kanker.

"Artinya, setelah beberapa tahun memakai obat kemoterapi seseorang bisa kena kanker. Tapi dengan pemberian dosis yang tepat dan sesuai hal itu tidak akan membahayakan," katanya.

Sementara itu Dr. Rianto Setiabudy, SpFK(K), Guru Besar dari Departemen Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, bardasarkan literatur yang ada, ia tidak pernah menemukan ada data yang menunjukkan bahwa penggunaan obat diabetes memicu efek samping berbahaya.

"Kita disini punya Badan POM. Kalau ada sesuatu yang membahayakan masayarakat, Badan POM pasti bertindak," cetusnya.

Tetapi menurut Riyanto, obat-obatan tersebut masih mungkin menjadi berbahaya jika dalam penggunaannya dilakukan sendiri (self medicine) - tanpa berkonsultasi kepada dokter.

"Bukan maksudnya saya suruh orang untuk ke dokter. Tapi obat-obatan diabetes itu termasuk obat keras. Kalau digunakan tanpa pengawasan itu yang bisa berbahaya," katanya

Ia juga menghimbau agar masyarakat menghindari kebiasaan mengobati penyakitnya sendiri.  "Kalau penyakitnya ringan mungkin tidak apa-apa. Tapi kalau seperti diabetes, hipertensi dan jantung, mereka harus ke dokter," tambah Riyanto.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com