Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Tulang dan Gigi Bicara

Kompas.com - 22/05/2012, 07:54 WIB

Oleh M Zaid Wahyudi

Sesaat sesudah nyawa terpisah dari raga, proses pembusukan jasad dimulai. Seiring hilangnya daya tahan tubuh, bakteri pembusukan yang selama manusia hidup berada dalam keadaan diam di tubuh langsung aktif berkembang biak. Protein tubuh yang dirusak menghasilkan gas dan cairan pembusukan.

”Hanya dalam 2-3 hari, pembusukan membuat jasad manusia sulit dikenali. Wajah membengkak dan kulit terkelupas,” kata dosen Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Lucas Wibisana Widiatmaka, Rabu (16/5), di Jakarta.

Jasad yang terpapar udara terbuka akan menjadi kerangka dalam 8 bulan. Jika jasad dikubur, kerangka komplet terbentuk dalam 1-2 tahun. Penghancuran tulang perlu waktu lebih dari 12 tahun.

Selain tulang, bagian tubuh yang juga tahan terhadap perubahan lingkungan adalah gigi. Sebagian besar bahan penyusun gigi adalah material anorganik dan kandungan airnya paling sedikit. Ini menjadikan gigi sebagai bagian terkeras dan paling sulit rusak.

Akibat bencana, kecelakaan, atapun tindak kriminal, jasad sering kali ditemukan hanya tinggal tulang belulang dan gigi. Walau demikian, berbagai informasi tentang jasad pemilik tulang dan gigi masih dapat diungkap.

Tulang belulang

Tengkorak merupakan bagian dari rangka manusia yang paling informatif. Namun, sering kali bagian ini tidak ditemukan dalam keadaan utuh. Para ahli masih dapat menganalisis dari bagian tulang lain asalkan ditemukan dalam keadaan utuh, bukan remah.

Menurut Etty Indriati, Guru Besar Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, kepala dan perut adalah bagian tubuh yang paling mudah rusak saat terjadi bencana. Kepala hanya disangga tujuh ruas tulang leher sehingga mudah terlepas. Adapun isi perut mudah terburai karena tidak dilindungi tulang. ”Saat tubuh tercerai berai dan wajah sulit dikenali, identifikasi dapat dilakukan dengan pendekatan forensik antropologi,” katanya.

Langkah pertama yang dilakukan adalah memastikan tulang itu adalah tulang manusia, bukan binatang. Tulang manusia dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran, dan densitasnya dibandingkan tulang hewan. Salah satu ciri yang membedakan adalah saluran spongiosa (zat dalam tulang mirip spons) pada binatang lebih kecil dibandingkan manusia.

Informasi yang bisa diperoleh dari tulang adalah jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, dan prediksi waktu kematian.

Secara umum, ukuran rangka tulang pria lebih besar dan memiliki area lebih luas untuk pelekatan otot dibandingkan perempuan. Dari tengkorak, dagu pria cenderung berbentuk lebih petak dan dahinya landai. Pada perempuan, dagunya lebih lancip dan dahinya lebih lurus.

Yang paling sering dijadikan penentu jenis kelamin adalah tulang panggul. Sudut kemaluan pada tulang panggul perempuan lebih besar dibandingkan pria.

Tinggi badan dapat diketahui di antaranya dari panjang tulang lengan atas, tulang paha, dan tulang lengan bawah. Pengukuran tinggi badan penting dilakukan saat bagian tubuh yang ditemukan sudah terpotong atau tersisa dalam bentuk tulang. Terlebih lagi, tubuh manusia ketika sudah mati biasanya bertambah sekitar 2,5 sentimeter.

Anatomi tulang tengkorak juga dapat menceritakan ras asal seseorang. Mereka yang berasal dari ras kulit putih (Kaukasoid) memiliki wajah yang menyempit dengan hidung agak meninggi dan dagu menonjol. Ras Kaukasoid tersebar di Eropa, Timur Tengah, dan bangsa-bangsa yang induknya dari Eropa.

Ras kulit hitam (Negroid) yang tersebar di Afrika, India bagian barat, dan Amerika memiliki hidung lebar dan lekukan pada bibir atas yang terlihat jelas.

Ras kulit kuning (Mongoloid) bertulang pipi menonjol dan tekstur gigi khas. Kelompok ini tersebar di Asia Timur dan bangsa Indian di Amerika.

”Dunia yang makin mengglobal membuat banyak terjadi perkawinan antarras. Biasanya, ras induk seseorang hasil perkawinan antarras tetap terlihat. Hanya butuh pemeriksaan lebih teliti,” kata Wibisana.

Gigi geligi

Sebagai jaringan paling keras dan resisten terhadap pembusukan, gigi dapat digunakan sebagai alat untuk mengenali individu dengan ketepatan tinggi. Terlebih lagi, bentuk gigi bersifat sangat individual sehingga ketepatannya mirip sidik jari.

Identifikasi terhadap gigi geligi dapat digunakan untuk menentukan usia korban, jenis kelamin, dan ras. Metode ini digunakan sejak Sebelum Masehi.

Gigi digunakan sebagai penentu umur berdasarkan proses pertumbuhannya. Perkembangan gigi secara reguler terjadi hingga usia 15 tahun. Antara usia 15 tahun dan 22 tahun dapat dilihat dari perkembangan geraham bungsu yang pertumbuhannya bervariasi.

”Ketika permukaan kunyah gigi geligi sudah aus dan enamelnya (email) menipis hingga menyembulkan lapisan tulang gigi, korban diperkirakan berusia sekitar 40 tahun,” kata Etty.

Jenis kelamin dapat dilihat dari gigi taring dari rahang bawah. Jarak diameter arah depan ke belakang gigi taring rahang bawah pada perempuan kurang dari 6,7 milimeter, sedangkan pada pria lebih dari 7 milimeter.

Gigi juga dapat menunjukkan ras seseorang. Hal yang menunjukkan perbedaan ras terletak pada ukuran gigi dan morfologi tulang pada langit-langit mulut. ”Gigi seri ras Mongoloid kalau dilihat dari tulang langit- langit mulut berbentuk mirip sekop,” ujar Etty menambahkan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com