Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neuropati Bisa Terjadi kepada Semua Orang

Kompas.com - 30/05/2012, 08:02 WIB

Jakarta, Kompas - Neuropati, kerusakan saraf akibat penyakit, trauma pada saraf, ataupun efek samping penyakit sistemik dapat terjadi kepada siapa saja.

Demikian kata Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi), yang juga dokter ahli saraf dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, Manfaluthy Hakim. Hal itu dikemukakan dalam jumpa pers bertema ”Kenali Neuropati dan Perhatikan Gejalanya” sekaligus peluncuran Neuropati Service Point, Selasa (29/5), di Jakarta.

Mereka yang berisiko paling tinggi terkena neuropati adalah penderita diabetes, orang lanjut usia, orang dengan riwayat neuropati dalam keluarga, penderita hipertensi, perokok, pengonsumsi alkohol, penderita penyakit pembuluh darah, penderita kanker, dan orang yang mengonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan neuropati, seperti obat tuberkulosis dalam jangka panjang.

Manfaluthy mengatakan, neuropati dialami satu dari empat (26 persen) orang berusia di atas 40 tahun. Orang tua cenderung menderita lebih banyak gangguan saraf. Pada penderita diabetes, risiko meningkat menjadi 50 persen.

Orang yang mengalami kekurangan vitamin B dapat mengalami neuropati. Vitamin B bermanfaat untuk melindungi dan meregenerasi saraf.

Gejala

Gejala awal terutama dirasakan pada ujung organ gerak, seperti jari tangan dan bagian kaki yang merupakan ”ujung” dari juluran saraf tepi. ”Kesemutan merupakan tanda paling awal neuropati. Kesemutan ini terjadi secara spontan tanpa provokasi,” kata Manfaluthy.

Gejala neuropati beragam, mulai dari ringan hingga berat. Gejala itu antara lain nyeri seperti terbakar di tangan dan kaki, rasa baal (mati rasa), kram, kaku otot, kesemutan, kelemahan tubuh dan anggota gerak, serta pengecilan otot.

Ketua Perdossi Moh Hasan Machfoed mengatakan, neuropati sering tak disadari sebagai penyakit dan dianggap sebagai kondisi umum. Padahal, gangguan saraf itu dapat dicegah. Jika gangguan dibiarkan, dapat terjadi kerusakan saraf lebih berat sehingga mengganggu pergerakan dan mobilitas penderita. Rasa nyeri yang muncul menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu psikologi.

Untuk mencegah neuropati, perlu pola hidup sehat guna menghindari diabetes, gangguan jantung, dan hipertensi. Agar sistem saraf bekerja dengan baik, nutrisi yang membantu kesehatan saraf, seperti makanan mengandung vitamin B, harus dikonsumsi dengan cukup. Neuropati dapat ditangani dengan bantuan alat, nutrisi, obat, ataupun pembedahan.

Neuropati Service Point

Untuk mengedukasi masyarakat tentang gangguan saraf, Perdossi bekerja sama dengan perusahaan farmasi membuka Neuropati Service Point di sejumlah rumah sakit di tiga kota, yakni Jakarta, Surabaya, dan Medan, Juni hingga akhir Juli. Neuropati Service Point merupakan tempat pemeriksaan kondisi saraf secara gratis dengan pelayanan praktis, mudah, cepat, dan dekat.

”Pemeriksaan di Neuropati Service Point merupakan penapisan noninvasif. Pasien bisa duduk nyaman, sementara dilakukan pemeriksaan di titik-titik tertentu di telapak kaki pasien untuk mengetahui kecepatan hantar saraf,” kata Manfaluthy. (INE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau