Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/09/2012, 10:03 WIB

Yogyakarta, Kompas - Penyakit tidak menular, seperti gangguan jantung, stroke, kanker, diabetes, dan penyakit paru kronis, kini menjadi pembunuh nomor satu di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Untuk menekan jumlah kematian dan kesakitan, diperlukan kerja sama lintas sektor.

Hal itu diungkapkan Penasihat Regional Penyakit Tidak Menular Organisasi Kesehatan Dunia untuk Wilayah Asia Tenggara (WHO SEARO) Regu Garg dalam media briefing terkait acara Sesi Ke-65 Komite WHO SEARO, Jumat (7/9), di Yogyakarta.

Garg mengatakan, kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan penyakit tidak menular, yakni 7,9 juta kematian (55 persen). Adapun kematian disebabkan penyakit menular sebanyak 5 juta jiwa (35 persen) dan akibat cedera 1,5 juta jiwa (10,7 persen).

Beberapa faktor risiko penyakit tidak menular adalah merokok, diet tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol.

Miskin paling terdampak

Garg menjelaskan, penyakit tidak menular bukan hanya persoalan kesehatan, melainkan berdampak serius pada ekonomi dan pembangunan karena mengurangi produktivitas.

Penyakit tidak menular juga sangat berdampak bagi orang miskin. Di sejumlah negara di Asia Tenggara, biaya berobat dibayar sendiri oleh penduduk. Biaya berobat untuk penyakit tidak menular yang mahal dapat memiskinkan. Terlebih jika seseorang terkena penyakit katastropik, seperti kanker. ”Tak jarang penderita dan keluarga terpaksa menjual harta benda atau berutang besar,” ujarnya.

Dalam mengatasi masalah penyakit tidak menular, lanjut Garg, dibutuhkan kerja sama lintas sektor. ”Sebagai contoh, kementerian olahraga dan infrastruktur dapat menyiapkan sarana dan fasilitas untuk berolahraga. Kementerian informasi dapat mengendalikan iklan dan promosi makanan tinggi gula, garam, dan lemak yang berdampak buruk bagi kesehatan. Anak mudah terpengaruh iklan sehingga menginginkan makanan-makanan itu. Anak yang obesitas merupakan calon penderita penyakit tidak menular,” paparnya.

Dia juga menekankan pentingnya pengendalian konsumsi rokok mengingat rokok adalah faktor bersama dari empat penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar. ”Pemerintah Thailand mengendalikan penggunaan tembakau lewat beragam aturan. Hasilnya, kasus penyakit tidak menular berkurang,” katanya

Secara terpisah, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, beban besar penyakit tidak menular telah disadari dan penanganannya menjadi bagian dari program pemerintah. Kementerian Kesehatan tengah menyusun Rencana Aksi Nasional Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan diharapkan selesai akhir tahun ini.

Akan ada program penapisan faktor risiko dan deteksi dini, antara lain untuk penyakit kanker, penyakit pembuluh darah, dan diabetes, walau belum merata di seluruh provinsi. Untuk melindungi warga dari asap rokok, 41 kabupaten/kota telah memiliki peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok. (INE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau