Kompas.com - Untuk kali pertama, analisis genetik secara menyeluruh terhadap virus H7N9 dilakukan para ilmuwan di China. Penemuan ini memandu para ahli mengatahui asal dan sejarah evolusi virus tersebut.
Dalam studi yang dimuat dalam jurnal The Lancet, para ilmuwan memastikan bahwa virus flu burung A H7N9 yang mulai menyebar sejak Februari 2013, ditularkan dari ayam di pasar unggas basah ke manusia.
Tim peneliti menggunakan data dari, The Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID). Data yang ada digunakan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang potongan gen virus H7N9.
Tim menggunakan uji filogenetik dan analisis coalescent, untuk mengekstrak sekitar 100 potongan gen H7N9. Hasilnya ada 3 lokasi yang kemungkinan menjadi asal virus, yaitu Amerika, Oseania, dan keturunan Eurasia.
Dalam laporan penelitian disebutkan, potongan gen H7N9 secara genetis cocok dengan gen hasil isolasi virus pada bebek, yang ditemukan di propinsi Zhejiang.
"Pohon filogenetik (silsilah) H7 menunjukkan, varian virus ini bersirkulasi di bebek liar. Lokasi sirkulasi ada di Asia Timur yang mencakup China bagian timur, Korea Selatan, dan Jepang," kata salah satu penulis.
Kendati begitu, 2 hasil isolasi gen menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini mengindikasikan virus telah berevolusi dari asalnya. Para peneliti percaya H7N9 yang menginfeksi manusia berasal dari bebek dan ayam. Migrasi virus dari belahan dunia barat ke timur dimungkinkan bila ada agen atau vektor pembawa.
"Kemungkinan virus yang terdapat pada burung berasal dari migrasi yang terjadi sepanjang tahun. Virus ini kemungkinan menginfeksi ayam yang memiliki gen hampir sama dengan burung," kata peneliti.
Kasus pertama H7N9 teridentifikasi pada (30/3). Pada (18/4) virus ini berhasil menyebar di berbagai kota di propinsi Shanghai, Anhui, Jiangsu, Zhejiang, Beijing, dan Henan.
Walau kemungkinan asal dan rute penyebaran sudah ditemukan, para peneliti harus bekerja ekstra cepat. Pasalnya peneliti menduga virus H7N9 telah bermutasi dibanding saat pertama kali diketahui beberapa waktu lalu.
Karena itu para peneliti menyarankan pengawasan ketat pada kawasan yang bisa menyebarkan virus misalnya peternakan bebek dan ayam, di negara yang berpotensi menjadi pusat sirkulasi virus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.