KOMPAS.COM - Hingga menginjak usia satu tahun, bayi biasanya masih mendapatkan ASI sebagai salah satu sumber pemenuhan gizi. Pemberian air susu ibu disesuaikan dengan keinginan bayi (on demand). Separuh kebutuhan bayi dapat terpenuhi dari ASI, dan sebagian kebutuhan lain dipenuhi dari makanan pendamping ASI (MPASI).
Pemberian ASI sebenarnya tetap dapat dipertahankan hingga usia 2 tahun. Meski begitu, para ibu dapat mengurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit. Upaya menyapih bayi ini tentu harus dilakukan bertahap, dan harus menghindari penghentian secara tiba-tiba.
Setelah usia 12 bulan, frekuensi pemberian ASI mulai berkurang karena si kecil mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga. Makanan padat berupa MPASI mulai diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI.
Adapun tujuan pemberian MPASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan anak, beradaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi, membiasakan mengonsumsi maknaan bergizi seimbang, mengembangkan kemampuan anak untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk serta mengembangkan kemampuannya untuk mengunyah dan menelan makanan padat.
Selain itu, anak mulai mengembangkan kebiasaan makan, yakni membiasakan pola makan keluarga sehari-hari: sarapan, makan siang dan malam, serta diselingi camilan di antara dua waktu makanan utama.
Untuk rentang usia 12-14 bulan ini, pemberian makanan keluarga setidaknya tiga kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Lalu, berikan makanan selingan dua kali sehari.
Tak kalah penting utuk selalu memerhatikan variasi makanan yang diberikan dengan padanan bermacam bahan makanan, misalnya nasi, ikan, telur, tempe, tahu, bayam, wortel, tomat dan sebagainya. Intinya, perhatikan kualitas gizi makanan yang hendak dikonsumsi sang buah hati.
“Kenapa banyak anak yang tidak doyan sayur dan pilih-pilih makanan? Karena orangtua sudah mengajarkan makanan yang manis dari kecil, sedangkan sayur rasanya hambar jadi anak tidak mau. Jadi variasikan menu makanan untuk anak,” papar dr. Fiastuti Witjaksono, MSc, MS, Sp.GK, ahli gizi klinik dari Departemen Gizi FKUI-RSCM.
Perhatikan kualitas gizi
Kenapa demikian? Karena dengan pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik dapat menunjang tumbuh kembang, sehingga anak dapat tumbuh normal dan sehat serta terbebas dari penyakit.
Sebaliknya, apabila anak pada masa ini tidak memeroleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, berisiko mengalami gizi kurang. Kekurangan gizi akan mengganggu tumbuh kembang anak, baik pada masa ini maupun masa selanjutnya, bila tak secara dini tak diatasi.
Seperti disebutkan dalam Global Strategi For Infrant And Young Child Feeding, World Health Organization (WHO) dan United International Childrens Emergency Fund (UNICEF), untuk mencapai tumbuh kembang optimal, anak perlu diberikan MPASI sejak berusia enam bulan sampai 24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Kiat Pemberian Makanan Keluarga
- Pastikan bahan makanan yang dipilih masih segar dan bebas dari pestisida , misalnya sayuran dan buah-buahan.
- Pastikan pula bahan makanan bebas bahan-bahan pengawet atau formalin misalnya pada ikan atau ayam, juga serta zat-zast kimia lainnya yang dinilai berbahaya bagi kesehatan.
- Perhatikan kebersihan dalam pengolahan dan penyajian makanan.
- Hindari penggunaan bumbu penyedap seperti MSG, kenalkan rasa gurih dari kaldu ayam /daging/ ikan atau keju.
- Hindari terlalu banyak memberikan gula dan garam
- Variasikan hidangan makanan, baik dari pilihan bahan maupun penyajian. Variasikan lauk-pauknya sehingga membangkitkan selera makan anak serta tak merasa bosan.
- Beri anak makanan sesuai jumlah kebutuhan energinya agar tak terjadi kegemukan ataupun kekurangan gizi.
- Pemberian makanan camilan harus dibatasi karena bisa mengganggu nafsu makannya di waktu makan siang dan makan malam. Hindari memberi makanan dekat dengan waktu makan utama.
- Perhatikan kebersihan alat makan, mengajak anak makan bersama anggota keluarga lain.
- Kenali jenis makanan yang menyebabkan anak mengalami alergi. Bila ditemui masalah seperti alergi, intoleransi makanan , dan lain-lain, konsultasikan hal ini dengan dokter.