Setelah melacak lebih dari 100 strain, peneliti dari Tampere University tersebut menyatakan telah memiliki cukup informasi untuk memproduksi vaksin yang cukup efektif dalam mencegah diabetes .
“Kami sudah mengidentifikasi satu tipe virus yang membawa risiko terbesar. Satu jenis vaksin dapat melindungi dan memberi efek positif,” kata salah seorang peneliti, Heikki Hyöty, yang telah bekerja lebih dari 10 tahun untuk menemukan akar penyebab diabetes tipe 1.
Penyakit diabetes tipe 1 berbeda dengan tipe 2. Diabetes tipe 1 tidak bisa memproduksi insulin. Sedangkan tipe 2 tidak mampu merespons atau memproduksi insulin. Tipe 1 terjadi saat daya tahan menjadi hiperaktif dan menyerang sel beta pankreas. Akibatnya, gula darah tidak bisa dikendalikan dan mengganggu aliran darah, serta membahayakan sistem saraf dan kebanyakan organ seperti ginjal dan jantung. Saat ini belum tersedia obat yang dapat menyembuhkan diabetes tipe 1 dan 2.
Walaupun jumlah kasusnya hanya mencapai sekitar 5 persen, penyakit diabetes tipe 1 mempengaruhi 17 juta orang di dunia. Umumnya, tipe 1 diderita kalangan anak- anak dan dewasa.
Hyöty mengatakan, saat ini sudah tersedia prototipe untuk vaksin diabetes tipe 1. Sejauh ini vaksin menunjukkan hasil positif saat dicoba pada tikus. Langkah selanjutnya adalah percobaan pada manusia.
Sebelumnya pada bulan Juni, vaksin yang yang dipercaya para ilmuwan dapat menghentikan atau memperlambat penyakit diujicobakan pada pasien berusia muda. Menggunakan suatu metode yang membalikkan pengobatan, vaksin ini menunjukkan kemampuan mematikan sistem daya tahan penyakit. Vaksin menunjukkan efektivitas dalam mengendalikan sel yang sakit.
Sayangnya, tim ini terkendala masalah dana yang tidak bisa dipenuhi universitas maupun dengan pinjaman. “Dana menjadi masalah terbesar kami. Namun karena masalah ini dihadapi dunia internasional, kami percaya bisa mengatasinya,” kata Hyöty.
Menurut kantor berita Reuters, saat ini, perusahaan bioteknologi Tolerion yang berbasis di California telah membeli lisensi atas vaksin tersebut. Saat ini perusahaan tengah dalam proses memperpanjang riset yang melibatkan 200 pasien untuk pengujian vaksin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.