Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/12/2013, 16:56 WIB
Latief

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Di usianya yang masih sangat muda, Shizuko Rizmadhani (16), ditemukan tak lagi bernyawa akibat terserang hipotermia saat mendaki Gunung Gede. Pelajaran penting, adakah kita sadar akan bahaya hipotermia diam-diam bisa merenggut nyawa?

Jangan-jangan, soal hipotermia dan penyebabnya pun kita tak tahu dan mau tahu! Hypothermia atau hipotermia adalah kondisi kehilangan suhu panas tubuh atau suhu tubuh dalam keadaan menurun hingga 35 derajad celcius. Mirisnya, bukan kali ini saja kasus kematian pendaki terjadi akibat serangan hipotermia.

Umumnya, selain karena faktor perencanaan dan persiapan pendakian, banyak pendaki pemula minim pengetahuan terkait hal-hal non teknis seperti hipotermia ini. Di usia sangat muda, banyak pendaki yang saking semangat tinggi, apalagi jika terlalu ingin dibilang kuat oleh rekan sesama pendakiannya, melupakan hal ini.

Lelah tak dirasa, basah dan dinginnya tubuh tak dinyana, hingga tak sadar, nyawa sudah di ujung kepala. Sebetulnya, ada beberapa gejala yang bisa dikenali dari tiap stadium hipotermia tersebut. Rata-rata, kemunculan gejala ini terkesan sepele sehingga kerap diabaikan. Simak berikut ini:

RINGAN
- Terjadi penyempitan pembuluh darah di permukaan
- Merinding hebat, pelan-pelan semakin sering.

SEDANG
- Terjadi penyempitan pembuluh darah di permukaan
- Merinding hebat, pelan-pelan semakin sering.
- Mulai sulit melakukan gerakan tubuh yang rumit, seperti mencengkeram, atau memanjat, meskipun si pendaki masih bisa berjalan dan berbicara normal.

BERAT
- Merinding makin hebat dan datang bergelombang, dan tiba-tiba berhenti. Makin lama fase berhenti merinding semakin panjang, hingga akhirnya benar-benar berhenti. Hal ini disebabkan glikogen yang dibakar di dalam otot sudah tidak mencukupi untuk melawan suhu tubuh yang terus menurun. Akibatnya, tubuh berhenti merinding untuk menjaga glukosa.
- Korban jatuh dan tak bisa berjalan/melangkah, kemudian meringkuk untuk menjaga panas tubuhnya.
- Otot mulai kaku. Ini terjadi akibat aliran darah ke permukaan berkurang dan disebabkan oleh pembentukan asam laktat dan karbondioksida di dalam otot.
- Kulit terlihat mulai pucat.
- Bola mata tampak membesar.
- Denyut nadi terasa menurun.
- Pada suhu 30 derajad Celcius, kondisi tubuh masuk ke dalam fase penghentian metabolisme. Korban tampak seperti mati, padahal sebetulnya masih hidup.
- Pada suhu internal 32 derajad Celcius, tubuh berusaha memasuki fase hibernasi, menghentikan seluruh aliran darah permukaan dan mengurangi aktivitas jantung.

Tanpa dilandasi pemahaman yang baik, kondisi seorang pendaki yang terkena sergapan hipotermia mulai stadium ringan hingga berat memang terkadang sulit diketahui. Tak jarang, dalam kondisi si pendaki "sadar tapi sebetulnya masih hidup" dianggap seperti kerasukan mahluk halus atau kesurupan.

Lantaran ini, penanganan bahaya hipotermia malah terlambat, bahkan salah kaprah. Ini yang bahaya! (Sumber: Panduan BKP Mapala UI 2012).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com