KOMPAS.com - Meski jumlah anak autisme terus meningkat namun penanganan autisme di Indonesia masih terbatas. Penanganan masih terbatas pada terapi dan sekolah khusus bagi orang yang tergolong mampu, sedangkan bagi yang kurang mampu hanya mengandalkan pada fasilitas kesehatan yang ada di pemerintah.
Padahal fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah belum banyak dan terbatas hanya pada rumah sakit jiwa. Hal ini memicu masalah lagi karena tidak semua orang mampu mengakses layanan rumah sakit jiwa yang tergolong layanan tersier. Sementara itu, layanan kesehatan primer seperti puskesmas belum dapat menangani permasalahan autisme.
Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Eka Viora, mengatakan autisme membutuhkan penanganan yang integratif, meliputi antara lain sisi medis, perilaku, dan okupasi. Sehingga akan sulit jika pelayanannya dilakukan di tingkat primer.
"Minimal perlu layanan rumah sakit yang mencakup semua segi layanan pengobatan. Jika dilakukan di tingkat primer, sumber daya di sana belum mampu. Dokter umum hanya dapat mengenali gejala, namun penanganannya tetap harus dirujuk," kata Eka dalam konferensi pers "Hari Peduli Autisme" di Jakarta, Rabu (2/4/2014).
Meski demikian, bukan berarti suatu saat pelayanan penanganan autisme tidak akan bisa dimulai di puskesmas. Eka mengatakan, pihak Kemenkes terus memberikan edukasi dan pelatihan bagi dokter-dokter yang berpraktik di puskesmas agar lebih berkompeten dalam penanganan autisme.
Autisme sendiri di Indonesia belum tercatat prevalensinya. Pasalnya, kesadaran mengenai autisme belum menyeluruh di semua daerah di Indonesia.
Dokter spesialis kejiwaan Susy Yusna Dewi sekaligus aktivis di Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Indonesia mengatakan, orang-orang yang mulai sadar tentang autisme biasanya sangat takut anak mereka mengidap autisme. "Kadangkala gangguan perkembangan yang lain juga dikhawatirkan autisme," katanya.
Di sisi lain, bagi golongan yang belum menyadari autisme mereka justru malu dengan anak mereka dan memasungnya. Karena itu, menurut dia, dibutuhkan penyadaran bagi setiap orang guna mendapat diagnosis yang tepat bagi anak autis.
Autisme merupakan gangguan perkembangan menetap yang penyebab pastinya sampai saat ini belum dapat ditentukan. Beberapa pendapat mengungkapkan, penyebabnya antara lain neurobiologis, imunologis, dan infeksi virus. Anak autis umumnya memiliki masalah dalam kesulitan berinteraksi dan berkomunikasi pada anak dengan autisme.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.