Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2014, 10:40 WIB
Unoviana Kartika

Penulis



KOMPAS.com -
Jika bakteri, virus, atau jamur sampai memasuki paru dan tinggal di sana, berbagai penyakit bisa timbul. Salah satunya adalah bronkitis. Karena gejala utamanya adalah sesak di dada dan kesulitan bernapas, penyakit ini sering disalah artikan sebagai gejala asma.

Dokter spesialis paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Agus Dwi Susanto menjelaskan, bronkitis dan asma merupakan dua penyakit yang berbeda. Penyebab dan mekanisme keduanya lah yang paling membedakannya.

 
Bronkitis, paparnya, merupakan peradangan di saluran napas bagian bawah atau lebih dikenal dengan istilah bronkus. Peradangan tersebut menyebabkan penderitanya mengalami batuk terus menerus, dahak kental, dan sesak napas.
 
Peradangan pada bronkus dapat menyebar ke seluruh paru-paru. "Jika sudah begitu maka namanya menjadi radang paru," katanya dalam konferensi pers Combi Hope bertema "Edukasi Gaya Hidup Sehat Bagi Generasi Muda" di Jakarta, Senin (7/4/2014).
 
Pemicu bronkitis antara lain karena merokok, paparan polusi udara yang terjadi terus menerus, atau debu. Partikel-partikel tersebut lah yang memicu peradangan pada bronkus. Penyebab lain penyakit ini adalah virus.
 
Ia menjelaskan, bronkitis pun dibedakan menjadi dua jenis yaitu bronkitis akut dan kronik. Bronkitis akut dapat terjadi kapan saja karena pemicu yang telah disebutkan. Sedangkan, bronkitis kronik terjadi karena akumulasi partikel dalam jangka waktu yang panjang.
 
"Maka biasanya bronkitis kronik terjadi pada perokok yang telah merokok dalam waktu lama," kata dokter yang berpraktik di RS Persahabatan ini.
 
Sementara itu, asma terjadi karena hipersensitivitas saluran napas atau alergi. Agus mengatakan, pencetusnya masih menjadi misteri. "Namun biasanya 90 persen disebabkan genetik, dan 10 persen lainnya induksi faktor eksternal, seperti merokok dan debu."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com