KOMPAS.com - Permintaan produk pemutih kulit mendorong para ilmuwan bekerja keras menemukan pemutih yang aman. Zaman dahulu para wanita mengandalkan merkuri untuk memutihkan kulit. Kendati efektif, merkuri termasuk bahan berbahaya yang sulit dikeluarkan dari tubuh.
“Selanjutnya dipakai hidrokinon untuk memutihkan kulit. Sayangnya, hidrokinon memiliki efek rebound. Hidrokinon bekerja dengan menekan produksi melanin. Alhasil, ketika berhenti dipakai, melanin yang ditekan keluar bersama-sama dengan melanin lainnya. Kulit jadi makin menghitam,” kata Dr. Astrid Indriyani, seorang dokter ahli kosmetologi. Menurutnya, hidrokinon masih boleh dipakai asalkan tidak melebih dua persen.
Kosmetik pemutih kulit belakangan ini memakai bahan bernama arbutin. “Arbutin ini sebenarnya turunan dari hidrokinon namun lebih aman karena tak menyebabkan efek rebound. Arbutin terbuat dari ekstrak buah-buahan berjenis beri,” kata dokter yang baru studi banding ke klinik kecantikan di Seoul, Korea Selatan ini.
Tim ilmuwan dari sejumlah universitas di Korea dan lembaga industri menemukan pemutih kulit aman terbuat dari ekstrak bunga French Lilac (Galega officinalis). “Ekstrak ini bekerja secara selektif menghambat aktivitas tirosinase. Aktivitas tirosinase yang terhambat ini menghambat pembentukan melanin di kulit,” terang Dr. Astrid.
Pemutih kulit ini bekerja cepat menghilangkan noda bekas jerawat di kulit dalam hitungan hari saja. Untuk noda kulit karena sinar matahari, dibutuhkan waktu lebih lama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.