KOMPAS.com -- Penyebaran Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) yang semakin meluas dan belum ada obatnya ini membuat banyak asumsi liar bermunculan. Salah satunya mengatakan, merebaknya penyakit ini agar vaksin virus korona MERS laku terjual.
Menurut dokter spesialis paru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), Ceva W Pitoyo, asumsi tersebut tidak beralasan.
"Isu mengenai MERS bukan untuk jualan vaksin karena memang vaksin MERS belum ditemukan," katanya dalam konferensi pers terkait MERS yang diadakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Jumat (9/5/2014) di Jakarta.
Ia mengatakan, vaksin untuk golongan virus penyebab penyakit sistem pernapasan yang sudah ada barulah vaksin influenza. Kendati demikian, vaksin ini tidak efektif untuk menangkal infeksi virus korona MERS.
Lantaran vaksin MERS belum ditemukan, Ceva mengatakan, cara untuk menghindari penyakit ini adalah dengan memperkuat daya tahan tubuh, selalu dalam kondisi sehat atau tidak ada infeksi lain, dan menghindari sumber infeksi MERS.
Pemberian vaksinasi influenza dapat mencegah infeksi virus influenza sehingga, walau tidak dapat menangkal MERS, vaksinasi influenza bisa mencegah infeksi lain yang merupakan salah satu faktor risiko yang memudahkan tertular MERS.
Dokter spesialis penyakit tropis dan infeksi Widayat Djoko Santoso mengatakan, vaksin influenza pun tidak mampu 100 persen efektif dalam menangkal influenza. Pasalnya, virus influenza sangat cepat mengalami mutasi sehingga efektivitas vaksin kurang cepat mengimbanginya.
Dalam kesempatan berbeda, Wakil Menteri Kesehatan RI Ali Ghufron Mukti menyarankan para calon jemaah yang akan berangkat ibadah umrah atau haji untuk melakukan vaksinasi influenza. Tujuannya adalah untuk mencegah terkena infeksi influenza yang melemahkan daya tahan tubuh.
Sejauh ini, MERS sudah menjangkiti 463 orang dan 126 orang di antaranya meninggal dunia. Persamaan dari semua orang yang meninggal itu adalah tinggal atau pernah melakukan perjalanan ke Timur Tengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.