Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/06/2014, 12:25 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

 

 

KOMPAS.com - Ukuran tidak selalu berbanding lurus dengan dampak yang dihasilkan. Seperti alat pacu jantung yang baru ditemukan oleh peneliti asal Ohio State University's Ross Heart Hospital ini. Meski ukurannya hanya sebesar pil, alat pacu jantung ini mungkin memiliki manfaat besar bagi banyak pasien penyakit jantung.

Tidak seperti alat pacu jantung biasa yang memerlukan pembedahan untuk menanamkannya pada tubuh, alat pacu jantung baru ini ditanamkan melalui kateterisasi atau kabel lentur. Melalui metode tersebut, alat dimasukkan secara langsung ke dalam otot jantung.

Alat tersebut hanya berukuran sepanjang 24 milimeter (90 persen lebih kecil daripada alat pacu jantung umumnya). Karena ukurannya itupun, alat ini menjadi alat pacu jantung terkecil di dunia.

Lebih dari tiga juta orang di dunia hidup dengan alat pacu jantung, dan diperkirakan angka ini terus bertambah. Jika teknologi ini mampu bekerja dengan baik, maka tidak hanya pasien yang mendapat manfaatnya, tetapi juga tenaga kesehatan yang menanamkan alat. Pasalnya, waktu pemasangan alat menjadi lebih singkat dengan risiko komplikasi yang minimal.

Sejauh ini alat sudah diujicoba kepada pasien dengan bradicardia yang membutuhkan alat pacu jantung tunggal yang dipasang pada salah satu atrium dan bilik jantung. Bradicardia merupakan kondisi lemahnya irama jantung sehingga tidak cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini menyebabkan mudah lelah, pusing, napas pendek, dan pingsan.

Mary Lou Trejo, wanita 77 tahun asal Kolombia menjadi pasien pertama yang mencoba alat tersebut. Selama bertahun-tahun ia mengalami penurunan irama jantung dan membutuhkan pengobatan serta terapi untuk mengembalikan irama tersebut.

Setelah alat dipasang, kini kondisi Trejo dapat dipantau dengan lebih mudah. Alat pun diaktifkan jika dibutuhkan.

Dr John Hummel, salah seorang peneliti alat, sekaligus pakar jantung dari universitas yang sama mengatakan, alat tersebut bisa aktif hingga 14 tahun. Ia berharap alat tersebut akan memperbaiki kualitas hidup Trejo.

Saat ini alat yang dinamakan Micra Transcatheter Pacing System (TPS) itu akan diujikan kepada 780 pasien di 50 pusat kesehatan di selutuh dunia. Laporan direncanakan dibuat setelah uji coba telah dilakukan pada 60 pasien setelah tiga bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com