Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2014, 16:39 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

KOMPAS.com - Wabah ebola yang saat ini menjangkiti Afrika Barat dilaporkan merupakan yang terburuk dalam sejarah. Sejak Maret tahun ini WHO menyebut sudah lebih dari 900 orang meninggal dunia akibat virus ebola. Meski begitu, penyebaran penyakit ini sebenarnya tidak mudah, sehingga berdekatan dengan orang yang terinfeksi saja belum tentu dapat tertular penyakit tersebut.

Dr William Schaffner, profesor pengobatan preventif dan penyakit menular dari Vanderbilt University Medical Center di Nashville Tennessee mengatakan, ebola menular melalui cairan tubuh, termasuk darah, muntah, kotoran, keringat, liur, air mata, dan cairan mani. Sehingga secara teoritis, ebola dapat menular dari berhubungan seks.

"Namun mungkin itu bukan jalur penularan yang umum. Dari semua cara penularan, tertular ebola dari berhubungan seks merupakan cara yang paling terakhir," ujar Schaffner.

Tidak seperti flu atau HIV, orang yang terinfeksi ebola tidak akan menularkan penyakitnya hingga timbulnya gejala. Karena itu, berhubungan seks mungkin tidak akan dilakukan pasien yang sudah sakit. Tidak seperti penyakit virus lainnya, ebola tidak dapat menyebar melalui udara dari bersin atau batuk.

Namun meski Secara garis besar transmisi ebola sudah jelas, bagaimana perilaku virus dalam situasi-situasi khusus belum lah jelas. Misalnya, bagaimana virus masih dapat bertahan pada organisme yang sudah mati. Sebuah kasus menunjukkan, kera yang sudah mati masih berpotensi menularkan ebola selama tiga sampai empat hari setelah hari kematiannya.

Lantas penularan melalui virus dari cairan tubuh yang menempel pada benda seperti sprei tempat tidur atau kursi juga belum jelas. Berapa lama virus bertahan di luar sel tubuh organisme sehingga mampu menular ke orang lain masih harus terus diteliti.

Sebuah studi pada 2007 dalam Journal of Infectious Disease menemukan, hanya satu dari 33 benda yang pernah terkena darah dengan ebola yang masih mengandung virus hidup dan mampu menginfeksi.

Saat baru terinfeksi, jumlah virus yang terdapat di dalam tubuh sangat rendah. Maka virus pun seringkali tidak terdeteksi pada cairan tubuh orang yang baru saja sakit. Orang yang ada di dalam tahap ini biasanya sudah mengalami gejala sehingga sulit untuk berhubungan seksual.

Saat ini, menurut Schaffner, kasus ebola masih terlalu sedikit untuk diketahui pola penyebarannya. Misalnya seseorang terinfeksi jam 1 siang, lalu sudah menunjukkan gejala jam 6 sore. Lantas belum diketahui apakah orang itu sudah dapat menularkan atau belum.

Infeksi ebola memang masih diliputi misteri, terlebih hingga saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa melindungi seseorang terlindung dari penularannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau