Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/08/2014, 14:45 WIB

Makan ala Paleo

Pola makan yang belakangan juga tengah digandrungi orang urban adalah makan ala Paleo. Sarah Ballantyne PhD dalam bukunya, The Paleo Approach: Reverse Autoimmune Disease and Heal Your Body (2013), menjelaskan, pendekatan Paleo menekankan perlunya makan sebagai bentuk dari konsumsi nutrisi untuk menunjang penyembuhan. Bahan makanan ini terdiri dari daging, hasil laut, sayur, buah, dan lemak yang baik.

Secara umum, yang disarankan untuk dimakan adalah semua makanan yang tidak diproses, dimanipulasi kontennya, atau makanan yang berada dalam kondisi paling alami seperti halnya yang dimakan nenek moyang manusia. Dalam pendekatan Paleo, bahan makanan tersebut bisa dimasak dan dibumbui. Namun, seperti halnya pada raw food, pelaku makan ala Paleo tidak menyertakan nasi, pati seperti terigu, roti, pasta, gula, dan semua produk pangan pabrikan.

Mari simak pengalaman pelaku makan ala Paleo. Sejak Januari 2014, Monique Hardjoko (37) membongkar gaya hidupnya. Ibu pekerja dengan dua anak ini mula-mula bergelut dengan problem berat badan setelah memiliki anak. Beragam program pelangsingan pernah ia jajal, tetapi hanya berhasil sementara karena pola makannya tak pernah benar-benar diubah.

Di sisi lain, ibu dan adik Monique didiagnosis mengidap kanker payudara. Akhirnya, langkah pertama Monique adalah menyusun menu harian dengan kesadaran. Ia menyingkirkan nasi putih dan gula pasir, memperbanyak porsi buah dan sayur, serta memerhatikan asupan protein. ”Saya mungkin masuk kategori 90 persen menganut Paleo, 10 persen ada cheating-nya,” ujar Monique.

Monique pun rutin berolahraga. Seperti anjuran dr Tan Shot Yen, pola makan sehat seimbang harus diikuti gaya hidup aktif, yakni berolahraga. Monique pun masih bisa makan di restoran sesekali, tentu tetap dengan membuat pilihan sadar, bukan semata selera. Ia bisa menyantap steak daging, capcay, ayam bakar, atau sop rawon tanpa nasi. ”Enggak terlalu sengsara ternyata,” ujar Monique.

Kini ia merasakan tubuhnya lebih sehat, staminanya meningkat, tak gampang sakit atau kelelahan. Bonus tambahan lagi, tubuhnya langsing. Ketika mengawali pola makan ini delapan bulan lalu, berat badan Monique 77 kilogram, dengan tinggi 160 cm. Saat ini berat badannya 55 kilogram atau turun 22 kilogram.

”Ternyata kalau mindset diubah, tubuh kita mampu melakukan apa saja. Dulu saya tergila-gila pada nasi, sekarang bisa enggak kepengen lagi nasi, mi, spageti, atau roti,” ujar Monique.

Lain lagi bagi pengidap diabetes seperti M Nasir (56). Sudah 15 tahun ia hidup dengan penyakit itu. Segala pengobatan tak banyak menolong. Kondisi kesehatannya kerap memprihatinkan. Dalam sehari, Nasir bisa lebih dari sekali kehabisan energi, mendadak lemas, dan harus ”ditolong” dengan sesuatu yang manis. Di mobilnya, dia selalu menyediakan permen, apel, atau gula merah sebagai suntikan energi darurat. Akhirnya, Nasir menemukan buku tentang pola makan Paleo. Ia pun tekun mempelajari dan mencari berbagai referensi lain.

Kini ia telah berhenti makan nasi, tepung-tepungan, dan gula. Beragam pangan hewani: ayam, ikan, daging sapi, atau kambing, ia konsumsi tanpa ada bagian yang dipantang, termasuk bagian berlemak. Namun, bukan daging olahan pabrikan. Asupan sayur dan buah ia perbanyak dengan signifikan.

Hasilnya, gula darahnya stabil pada tingkat normal dan tubuhnya bugar, tanpa lagi lemas mendadak. ”Sejak pagi sampai malam energi saya stabil,” ujar pria yang berolah raga renang atau bersepeda rata-rata empat kali sepekan ini.

Nasir mengakui bahwa ada saat-saat ia tergoda dengan makanan yang terlarang menurut pola makan Paleo. Namun, ketika melanggarnya, ia melakukan dengan sadar dan terukur. Menikmati daging rendang dalam potongan besar, misalnya, cukup disantap dengan dua sendok makan nasi.

”Habisnya nasi jadi lama karena tiap suap, nasinya cuma tiga-empat butir,” ujar Nasir tertawa.

Boleh jadi, makan dengan kesadaran menjadi pintu gerbang kemampuan mengontrol diri dalam segala hal, terutama keserakahan ala manusia. ( )

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com