Teknik baru bayi tabung ini dikembangkan di Universitas Newcastle, Inggris, yang menggunakan bahan genetik dari 'ibu kedua' untuk memperbaiki kesalahan DNA yang memicu cacat genetik.
Hal ini dirancang untuk membantu keluarga-keluarga yang memiliki penyakit mitokondria, kondisi tak terobati yang diwariskan dari garis ibu dan mempengaruhui sekitar satu dari 6.500 anak-anak di seluruh dunia.
Persetujuan tersebut tentu memicu kontroversi. Para pendukung teknik baru ini menyambut keputusan tersebut sebagai tonggak pengobatan progresif. Di sisi lain, pihak yang kontra memperingatkan hal itu bisa menyebabkan apa yang disebut sebagai "bayi hasil desain".
Sebanyak 382 anggota Parlemen Inggris mendukung peraturan baru tersebut, tapi masih dibutuhkan persetujuan dari Majelis Tinggi Parlemen Inggris.
Teknik baru itu membuat embrio yang berisi DNA dari tiga orang untuk pencegahan penyakit genetik langka, yang diketahui sebagai penyakit mitokondria dalam sel. Penyakit tersebut bisa menurun dari ibu kepada anaknya.
Mitokondria menciptakan energi pada sel di dalam tubuh untuk bekerja. Terkadang, mitokondria disebut juga sebagai 'baterai sel'. Ketika bayi terlahir dengan mitokondria yang rusak, bayi bisa mengalami masalah kesehatan serius, seperti gangguan hati dan masalah pernapasan.
Penggabungan tiga DNA ini melibatkan transfer materi genetik dari nukleus sebuah sel telur atau embrio dari wanita dengan mitokondria yang rusak ke dalam embrio donor dengan nukleus yang telah diambil dari DNA-nya. Itu berarti embrio akan terpengaruh oleh nukleus ibunya namun tidak terpengaruh kerusakan mitokondria. Hal tersebut memungkinkan wanita dengan mitokondria rusak bisa mempunyai anak yang sehat.
Embrio yang dihasilkan akan memiliki nukleus dari ayah dan ibunya, namun memiliki mitokondria dari DNA ibu donornya. Karenanya, pengobatan itu disebut sebagai "bayi tabung dengan tiga orangtua".
Cegah penyakit
Ketika membuka debat di parlemen, Menteri Kesehatan Inggris, Jane Ellison mengatakan, teknik ini memberi harapan satu-satunya kepada wanita yang memiliki penyakit untuk memiliki anak dengan genetik yang sehat, "Sehingga anak tidak akan mengalami konsekuensi fatal dari penyakit mitokondria tersebut," ujar Ellison.
Di antara pihak yang menentang aturan baru tersebut, Sir Edward Leigh tidak setuju karena alasan etis. "Mengingat kondisi alamiah manusia, penyakit tersebut tergolong menyedihkan, namun di mana kita akan berhenti? Modifikasi apalagi yang akan kita buat?"
Timbul sorak-sorai di perlemen ketika hasil pemungutan suara diumumkan. Profesor sekaligus ketua peneliti dari Newcastle, Doug Turnbull menyambut baik keputusan tersebut. Ia mengatakan, hal tersebut menjadi rintangan penting dalam pengembangan teknik bayi tabung baru ini.
"Saya rasa kualitas perdebatan saat ini menunjukkan apa saja prosedur ilmiah, etika, dan prosedur dari legislatif yang dimiliki di Inggris untuk program bayi tabung," katanya.
Lembaga Fertilitas Inggris menyatakan bahwa mereka turut bangga terhadap karya perintis dari tim peneliti Newcastle tersebut.
"Keluarga yang mengetahui bagaimana merawat anak dengan penyakit yang menghancurkan tersebut adalah orang tepat untuk memutuskan apakah donor mitokondria pilihan baik bagi mereka," ujar Direktur Wellcome Trust Inggris, Jeremy Farrar, yang juga mendanai penelitian tim Turnbull.
Persetujuan tersebut menimbulkan kritik dari beberapa organisasi, termasuk kelompok penganut agama Kristen di Inggris.
Mantan Uskup Rochester, Michael Nazir-Ali mengatakan, teknik baru tersebut mungkin dapat menghindari penyakit mitokondria, namun itu tidak akan menyembuhkan mereka yang sudah mengidapnya. "Apalagi, bayi akan terus lahir dengan kondisi ini karena orangtua tidak akan selalu tahu risikonya sampai bayi pertamanya lahir," katanya. (Purwandini Sakti Pratiwi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.