Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/02/2015, 07:10 WIB

KOMPAS.com - Patah hati, hati hancur, tertusuk, hati yang terluka. Itu adalah sedikit dari istilah yang sering kita gunakan untuk menggambarkan perasaan sakit yang kita rasakan ketika seseorang melakukan sesuatu pada kita dan rasanya sangat menyakitkan.

Perasaan tidak enak atau sakit hati memang sering disamakan dengan pengalaman sakit fisik.

"Sejak lama memang ada hubungan kuat antara apa yang kita rasakan ketika kita ditolak dengan sensasi fisik," kata Mark Leary, profesor psikologi dan neuroscience di Duke University.

Apa pun istilah yang dipakai untuk menggambarkan rasa kecewa akibat disakiti, tetapi patah hati memang sebenarnya merupakan pengalaman fisik dibanding emosional.

Dalam sebuah studi tahun 2011, diketahui bahwa orang yang ditinggalkan pasangannya area otaknya yang berkaitan dengan nyeri fisik ternyata lebih aktif. Dengan kata lain, ada kesamaan respon otak kita terhadap rasa sakit dan penolakan.

"Ketika orang merasakan sakit akibat berbagai bentuk penolakan, mekanisme otak yang dipakai adalah mekanisme yang sama dengan nyeri fisik," kata Leary.

Ia menjelaskan, tubuh kita mengembangkan dua sistem untuk merespon sakit. Pertama adalah luka fisik dan kedua adalah reaksi emosi negatif.

Saat kulit kita tergores benda tajam, darah yang keluar akan menunjukkan pada kita di mana luka itu berada. Selain itu rasa tidak nyaman juga membuat kita buru-buru mencari perban untuk menutup luka.

Nah, saat kita mengalami penolakan seperti putus cinta, tentu tak ada darah, tapi kita merasakan emosi tak enak yang membuat kita ingin menjaga hubungan yang lebih baik di masa depan.

"Proses evolusi membentuk manusia memiliki reaksi ini. Tapi ini adalah hal yang baik, karena jika tidak kita tidak akan berubah dan akan mengalami penolakan lebih banyak lagi," katanya.

Jangan remehkan sakit hati karena bisa mendorong sakit fisik. Dalam penelitian, orang yang ditinggal mati pasangannya beresiko dua kali lipat mengalami serangan jantung atau stroke. Kesedihan hati memberi efek nyata pada fisik.

Yang menarik, ketika pasien serangan jantung tersebut diperiksa, ternyata pembuluh darahnya normal, tak ada penyumbatan dan otot jantungnya normal.

"Kejadian yang menimbulkan stres berat seperti perceraian, kematian pasangan, atau kondisi lain yang serupa bisa membuat gelombang adrenalin dan saraf simpatetik. Efeknya seperti serangan jantung," katanya.

Reaksi tubuh lain dari patah hati yang kita rasakan adalah hilang nafsu makan, pusing, tak bersemangat, bahkan perut tidak enak. Ini adalah hal normal dan merupakan pengaruh dari respon "melawan atau tinggalkan" dari tubuh. Responnya sama seperti saat kita sedang ketakutan atau stres.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau