Berdasarkan studi yang dilakukan tim dari University of North Carolina's School of Medicine yang dipublikasikan di jurnal Nature Genetics, mamalia menggunakan DNA ayahnya lebih banyak ketimbang dari ibunya ketika menjalani mutasi, sebuah proses genetik yang menentukan siapa kita.
Secara khusus, penelitian menunjukkan bahwa meski kita mewarisi jumlah yang sama dari mutasi genetik dari orangtua, kita benar-benar "menggunakan" lebih dari DNA yang diwarisi dari pihak ayah.
Tim peneliti yang dipimpin oleh profesor genetik dan penulis senior Fernando Pardo-Manuel de Villena menguji mutasi genetik tikus persilangan khusus untuk melihat mutasi mana yang memengaruhi ekspresi.
"Dari 80 persen yang diuji, beberapa ratus gen menunjukkan ketidakseimbangan genom ekspresi mendukung ayah," kata penulis pertama, James Crowley.
"Ketidakseimbangan ini menghasilkan keturunan yang ekspresi gen otaknya secara signifikan lebih seperti ayah mereka."
Penulis percaya bahwa bias yang serupa juga ditemukan pada subyek manusia. "Hasilnya merupakan temuan penelitian luar biasa, yang bisa membuka pintu menuju area baru yang menggali tentang genetik manusia," ujar Pardo-Manuel de Villena. (Purwandini Sakti Pratiwi)