Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ubah Gaya Hidup demi Kadar Testosteron yang Sehat

Kompas.com - 23/03/2015, 18:30 WIB

KOMPAS.com - Usia yang terus bertambah secara alami akan menurunkan kadar testosteron pria. Walau saat ini banyak ditawarkan terapi penggantian hormon, tapi pengobatan terbaik untuk kadar testosteron yang rendah adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.

Menurut konsultan endokrinologi di Central Mancherster University Hospitals, Fred Wu, penurunan testosteron dimulai di usia 35-40 tahun, tapi sangat lambat. "Sebagian besar faktor penurunan testosteron terjadi akibat kesehatan dan berat badan," katanya.

Berikut adalah beberapa upaya perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan untuk menjaga kadar testosteron tetap sehat:

1. Menurunkan berat badan
Ini merupakan perubahan gaya hidup paling efektif dalam meningkatkan kadar testosteron. Mengurangi 10 persen dari berat badan, yang bisa dicapai melalui olahraga rutin, pola makan sehat, dan mengurangi alkohol, akan meningkatkan kadar testosteron sekitar 4 nmol/l, menurut European Male Ageing Study pada tahun 2013.

"Jadi, bila Anda memiliki kadar testosteron rendah, perubahan gaya hidup bisa membuat kadarnya menjadi normal," kata Mathis Grossmann, konsultan endokrinologi dan kepala kesehatan pria di Austin Hospital Melbourne, Australia. Lebih banyak berat badan yang Anda pangkas, lebih baik jumlah kadar hormon Anda.

"Dampaknya besar bagi yang lebih muda dan lebih gemuk.Tapi pria yang lebih tua bisa mendapatkan keuntungan juga. Setelah penurunan berat badan telah dimulai, ada kenaikan langsung testosteron yang memicu penurunan berat badan lebih lanjut, yang kemudian meningkatkan kadar hormon lebih jauh," lanjutnya.

Penelitian di AS baru-baru ini menunjukkan bagaimana testosteron menginstruksi sel-sel induk yang mampu mengubah sel menjadi otot. "Memiliki lebih banyak otot menciptakan fisik lebih ramping dan kekuatan lebih besar, serupa dengan meningkatkan energi dan membuat tubuh membakar kalori lebih efisien," kata Grossmann.

2. Olahraga
Anda tidak perlu menjadi penggila gym kelas berat. "Jalan setiap hari merupakan hal yang dibutuhkan," kata Quinton.

3. Jaga diabetes tipe 2 terus terkontrol
Pria dengan diabetes tipe 2 akan mengalami penurunan kadar testosteron dua kali lebih tinggi daripada mereka yang tidak mengalami diabetes tipe 2.

Belum jelas apa penyebabnya, apakah rendahnya testosteron atau diabetes. Namun beberapa penelitian menjelaskan bahwa kadar testosteron yang rendah dapat mengurangi efektivitas insulin, yakni hormon yang mengatur tingkat glukosa darah.

Sedikit dokter percaya bahwa testosteron harus dipertimbangkan sebagai pengobatan bagi pria yang memiliki diabetes tipe 2 terutama bagi yang berusia lanjut.
Namun, dalam penelitian besar yang dipublikasikan tahun lalu dalam jurnal Diabetes Care, menemukan bahwa pengobatan ini tidak memperbaiki kemampuan tubuh dalam mengubah gula menjadi energi, yaitu kunci dari diabetes.

4. Tidur cukup
Semakin cukup Anda tidur, semakin banyak testosteron yang tubuh Anda produksi. Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan kurang tidur dapat menyebabkan kadar testosteron menurun sebesar 70 persen. Pada pria yang hanya tidur selama empat jam pada malam hari akan memiliki 60 persen kadar testosteron yang lebih rendah dalam darah jika dibandingkan dengan mereka yang tidur selama delapan jam.

5. Efek samping obat
Kadar testosteron dapat dipengaruhi oleh berbagai obat, termasuk beta blockers, analgesik opioid seperti morfin, steroid seperti prednisolon (yang biasanya digunakan untuk mengobati penyakit kulit dan osteoarthritis), serta beberapa jenis obat epilepsi.

"Jika setelah mengkonsumsi beberapa jenis obat tersebut Anda mengalami masalah dengan libido dan ereksi, maka Anda perlu menghubungi dokter untuk berkonsultasi," kata Dr Quinton.

Bagaimana dengan terapi sulih hormon?
Sejumlah klinik swasta akan menyarankan Anda untuk melakukan terapi tersebut, jika memang hasil tes darah menunjukkan kadar hormon yang rendah.

Namun menurut pedoman dari British Society for Sexual Medicine, sebelum mendapatkan pengobatan testosteron, maka Anda perlu melakukan tes darah secara berkala selama enam bulan.

Pria yang memiliki masalah seksual dengan kadar testosteron yang lebih rendah dari 12 nmol/l harus dipertimbangkan dalam proses pengobatannya, karena kondisinya sama dengan orang-orang yang mengalami diabetes, osteoporosis, riwayat penyakit jantung atau stroke, disfungsi ereksi atau depresi yang kadarnya rendah. Pria dengan kadar testosteron dibawah 8 nmol/l sudah pasti harus diobati.

Suplemen testosteron sangat tidak disarankan untuk  diberikan pada pria yang memiliki kanker prostat, gagal jantung atau penyakit jantung, karena dapat membuat kondisi kesehatan tambah memburuk.

Di sisi lain, suplemen testosteron juga bertindak sebagai alat kontrasepsi, maka sebaiknya suplemen ini tidak dikonsumsi oleh pria yang sedang melakukan  program untuk memiliki keturunan.

Ada beberapa bentuk suplemen testosteron, termasuk pil, ataupun implan yang diletakkan di bawah kulit. Namun, gel  dan suntikan intramuskular lebih unggul dibandingkan dengan jenis suplemen testosteron yang lainnya.

Gel yang dioleskan secara rutin pada bagian bahu, ketiak dan paha akan lebih mudah diserap ke dalam aliran darah. Sementara suntikan perlu diberikan setiap tiga bulan atau lebih, baik ke otot-otot paha ataupun pada bagian otot di bagian bawah. Hormon ini akan secara perlahan disebarkan oleh otot ke dalam tubuh.

Penggunaan gel sendiri memiliki beberapa keuntungan, dosis hariannya hampir sama sehingga seolah-olah tubuh memproduksinya secara alami. Namun penyerapannya ke dalam aliran darah cukup lambat sehingga disarankan agar Anda tidak langsung mandi atau berenang selama enam jam setelah Anda menggunakannya. (Monica Erisanti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com