Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/03/2015, 15:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, sebagian besar penduduk dengan katarak di Indonesia belum menjalani operasi katarak. Penyebabnya antara lain karena ketidaktahuan akan penyakit yang dideritanya, biaya, serta takut menjalani operasi.

Katarak adalah keruhnya lensa mata yang normalnya jernih. Kekeruhan pada lensa akan menghalangi masuknya cahaya yang dibutuhkan untuk melihat. Penyakit ini merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia.

Pengobatan katarak yang paling efektif adalah pembedahan, yakni membuang lensa mata yang keruh dan menggantinya dengan lensa tanam. Saat ini sudah ada prosedur menghilangkan katarak tanpa membuat pasien merasa kesakitan, yakni dengan Phacoemulsification atau facoemulsifikasi.

Metode terbaru ini membuat pasien tidak perlu menjalani operasi besar dalam mengangkat katarak dari matanya. Prosesnya hanya memakan waktu sekitar 7 sampai 10 menit.

“Facoemulsifikasi merupakan teknik baru operasi katarak dengan luka minimal. Proses operasi dan penyembuhan lebih cepat, karena pasien tidak merasa sakit karena lukanya,” ujar dokter bedah mata Ikhsan Revino, Sp.M dari SMEC Klinik Spesialis Mata Keluarga Jakarta dalam acara ‘You & Eye’ di Kelapa Gading, Jakarta (26/03/15).

Ia menjelaskan, prosedur tersebut mengganti lensa katarak dengan lensa pengganti yang ditanam, yaitu implan lensa intraokular (IOL). Untuk memasukkan lensa pengganti, ahli bedah mata akan membuat satu atau lebih sayatan kecil di kornea. Selanjutnya dokter akan mengakses lensa dengan alat bedah kecil, yakni probe phaco untuk menghancurkan lensa yang sudah terkena katarak.

“Alat ini (probe phaco) menggunakan gelombang ultrasonic yang sangat cepat untuk menghancurkan lensa katarak. Kemudian katarak akan menjadi potongan-potongan kecil, lalu disedot melalui alat yang sama. Ukurannya sekitar 2,5 mm sampai 3 mm,” papar Ikhsan.

Setelah katarak diambil, IOL dapat diletakkan di tempat lensa alami mata. Sayatan kecil yang dibuat sebelumnya biasanya tidak memerlukan jahitan, kecuali bila diperlukan. Minimnya luka membuat prosedur ini dapat mengurangi risiko yang bisa terjadi saat operasi.

“Untuk operasi jenis ini karena lukanya lebih tertutup dan kecil, kemungkinan komplikasinya juga relatif kecil. Biasanya saat operasi banyak yang takut timbul infeksi atau pendarahan, tapi itu kalau lukanya besar dan penyembuhannya lama,” kata Ikhsan.

Setelah melewati proses facoemulsifikasi, pasien biasanya hanya menjalani rawat jalan. Ikhsan menjelaskan, setelah operasi pasien akan diberi obat tetes mata untuk membantu penyembuhan dan mencegah infeksi.  Mata pasien juga tidak boleh terkena air selama 3 hari hingga 1 minggu.

Pascaoperasi juga tidak disarankan membawa kendaraan yang matanya berpotensi terkena angin berdebu. Pasien juga bisa menggunakan kaca mata pelindung bila diperlukan.

Pasien katarak saat ini tidak terbatas pada mereka yang berusia lanjut. “Katarak biasanya dulu dimulai usia lanjut, tapi sekarang sudah kena pada oang lebih muda, 40 tahunan. Faktor gaya hidup dan paparan sinar matahari juga berperan,” ungkapnya.

Pada umumnya, penderita katarak akan merasakan penglihatannya menjadi buram, berkabut, atau tidak bisa melihat. Gejalanya meliputi sering mengganti kacamata karena ukurannya mudah berubah, lalu pada keadaan terang, mata terasa silau. Penglihatan pun makin buram di sore hari. (Purwandini Sakti Pratiwi)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com