Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/04/2015, 11:40 WIB
EditorLusia Kus Anna

KOMPAS.com — Tak mudah menangkal bau badan yang kurang sedap dan kerap membandel. Deodoran pun biasanya hanya mampu bertahan beberapa jam ketika digunakan. Namun, para ahli kini telah mengenali pemicu utama bau tersebut.

Sebuah penelitian baru menunjukkan dengan tepat gen bakteri yang berperan utama terhadap timbulnya aroma tak sedap dari tubuh. Para peneliti pun mengungkapkan bahwa temuan ini bisa mengarah pada cara baru mengontrol masalah bau badan.

Bau badan timbul ketika bakteri di kulit memecah molekul dalam keringat. Dalam studi baru ini, para peneliti menemukan DNA di bakteri Staphylococcus hominis penghasil protein yang memecah molekul keringat.

Protein ini bertanggung jawab dalam memecah molekul keringat ke dalam senyawa yang berperan besar terhadap bau badan. Senyawa tersebut tajam dan dalam jumlah kecil, yakni sekitar satu bagian per triliun. Menurut penelitian ini, salah satu gen dalam Staphylococcus hominis juga ditemukan dalam dua spesies bakteri Staph terkait bau badan.

Penelitian baru ini dipresentasikan dalam acara tahunan Society for General Microbiology di Birmingham, Inggris. Penelitian dalam pertemuan tersebut umumnya dianggap dalam tahap awal, sampai akhirnya dipublikasikan dalam jurnal.

"Penelitian ini secara signifikan meningkatkan pemahaman kami tentang proses biokimia spesifik yang terjadi dalam produksi bau badan. Mengejutkan bahwa bau badan tertentu diproduksi oleh sejumlah kecil spesies bakteri yang menetap di ketiak," ujar pemimpin penelitian asal University of York, Inggris, Dan Bawdon.

Ia menambahkan, temuan ini dapat membantu menemukan cara yang lebih baik dalam mengontrol bau badan. Deodoran dan antiperspirant tradisional bekerja membunuh semua tipe bakteri ketiak atau menghalangi kelenjar keringat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung adanya kandungan atau senyawa baru yang bisa melawan sumber bau tak sedap ini. (Purwandini Sakti Pratiwi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber HEALTHDAY
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+