Transient Ischemic Attack (TIA) dikenal juga sebagai stroke minor atau mini stroke disebabkan kaerna berkurangnya pasokan darah ke otak sepintas. Gejalanya sama persis dengan stroke pada umumnya, tetapi waktu terjadinya berbeda. TIA hanya berlangsung beberapa menit, tetapi bisa juga berlangsung selama 24 jam.
Ciri paling mencolok dari TIA adalah terjadi dengan cepat, dalam durasi singkat, dan dalam sekejap kemudian kondisi kembali normal.
Kerusakan yang diakibatkan TIA biasanya tidak permanen. Namun, bagi yang pernah mengalami stroke minor beberapa kali harus waspada karena bisa berkembang menjadi stroke.
“Sebesar 40 persen pasien yang mengalami TIA nantinya akan menjadi stroke,” ungkap dokter spesialis saraf dari Rumah Sakit Bethsaida, dr Puspasari, dalam temu media di Jakarta (9/4/2015).
TIA memiliki asal-usul yang sama seperti stroke yakni penyumbatan pembuluh darah di otak, yang merupakan jenis stroke paling umum.
“Walaupun kondisi kembali pulih usai mengalami TIA, lebih baik segera periksa ke dokter,” sarannya.
Puspasari menjelaskan, gejala yang terjadi saat stroke menyerang antara lain sakit kepala yang hebat, gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata, kesulitan berjalan, berbeda dengan vertigo, berbicara tiba-tiba meracau, lemas sebelah badan, dan kesemutan satu sisi badan.
Untuk membedakan sakit kepala biasa dengan gejala stroke, Puspasari menjabarkan perbedaan skala nyeri yang terjadi, dimulai dari 0 sampai 10.
“Sakit kepala hebat pada stroke ini termasuk dalam skala 7 sampai 10. Saking hebatnya sakit kepala, seseorang sampai tidak dapat beraktivitas. Jangan menyepelekan sakit kepala,” tandasnya.
Untuk memastikan kecurigaan adanya stroke, kita bisa menerapkan metode Face, Arm, Speech, Time (FAST).
Face yakni minta pasien menyeringai lebar untuk melihat sudut mulut, lalu "Arm" berarti pasien diminta untuk mengangkat kedua lengan, adakah yang terasa lebih berat biasanya jatuh atau susah diangkat.
Kemudian Speech yaitu dengan menyebutkan kalimat sederhana yang mengandung banyak konsonen R. Terakhir, Time, sesegera mungkin membawanya ke rumah sakit terdekat yang memiliki kelengkapan penanganan stroke, seperti CT scan dan dokter radiologi intervensi.
"Apabila penderita stroke mendapat pertolongan dalam waktu kurang dari 3 jam setelah serangan terjadi, kesempatan selamatnya akan lebih besar, sehingga dapat meminimalisasi efek yang timbul akibat stroke pada tubuh," katanya. (Purwandini Sakti Pratiwi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.