Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Minggu (31/5), dalam Jambore Gizi 2015 di Desa Subah, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mengungkapkan, gizi buruk amat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Namun, banyak warga belum paham tentang hal itu.
"Kita perlu mempersiapkan generasi emas untuk tahun 2045 jika tahun 2020 kita mendapat bonus demografi. Jika status gizi buruk, bonus demografi akan menjadi ancaman," ujarnya.
Untuk itu, manajemen dan redistribusi keseimbangan gizi perlu dibenahi. Contohnya, anak di daerah pantai seharusnya mendapat asupan protein cukup dari konsumsi ikan. "Harus dicermati apa yang perlu diintervensi. Apa asupan gizi kurang saat ibu hamil dan setelah bayi lahir atau warga belum tahu bagaimana memanfaatkan semua daya dukung lingkungan untuk memenuhi kebutuhan gizi?" kata Khofifah.
"Masyarakat perlu pendampingan lebih intensif. Saya minta para kepala daerah dan tokoh masyarakat sosialisasikan pentingnya gizi, terutama bagi ibu hamil dan balita," ujarnya. Dalam program keluarga harapan yang dijalankan Kemensos, ibu hamil mendapat dana Rp 1 juta untuk memenuhi asupan gizi agar bayi tak lahir dengan bobot rendah.
Menurut Ketua Jambore Gizi dari Business Watch Indonesia Arys Buntara, angka anak dengan tinggi badan dan berat badan di bawah rata-rata karena kurang asupan bergizi besar. Padahal, Indonesia menjadi produsen terbesar beragam komoditas pangan. "Ini terkait kesadaran dan pengetahuan gizi serta rendahnya kemampuan menyediakan asupan bergizi," ujarnya. (UTI)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.