Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/05/2015, 15:00 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Setelah gempa besar yang melanda Kabupaten Bantul, Yogyakarta, pada tahun 2007 lalu, kasus gizi buruk di kecamatan Kasihan, Bantul, menduduki peringkat tertinggi di Yogyakarta.

Bukan hanya itu, angka anemia pada bayi dan balita juga termasuk tinggi. Di lain pihak cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif pun rendah.

Program untuk memutus rantai gizi buruk pun dibuat. "Langkah pertama tentu dimulai dari ibu hamil. Kami lalu membuat program perawatan kolaborasi ibu hamil kurang energi kronis yang disingkat Wakol Kakek," kata Kepala Puskesmas Kasihan 1 Bantul, Bambang Sulistriyanto, di Bantul Yogyakarta (21/5/15).

Bambang menjelaskan, ibu hamil kurang energi kronis atau ibu hamil yang terlalu kurus cenderung melahirkan bayi berat badan rendah yang dapat berlanjut pada gizi buruk.

Selain itu Puskesmas Kasihan 1 dan 2 juga memiliki program Gerakan Orangtua Asuh Lokal. "Kami mengajak masyarakat berperan aktif dalam pengentasan gizi buruk dengan cara menyisihkan dana untuk pemberian makanan tambahan, mulai dari dusun, desa, dan tingkat puskesmas," katanya.

Selain pemberian makanan tambahan, puskesmas juga melakukan penyuluhan, konsultasi kesehatan, pemberian vitamin, dan pengobatan penyakit oleh dokter anak.

"Setiap warga boleh berpartisipasi sesuai kemampuannya, misalnya dr.Soeroyo Machfud, Sp.A, menyumbangkan keahliannya untuk memeriksa dan mengobati anak yang gizi buruk secara cuma-cuma," kata Bambang.

Dalam dua tahun, kasus gizi buruk di wilayah Kasihan ini bisa teratasi. Program tersebut juga menjadi juara teladan nasional dari Kementrian Kesehatan RI.

Tak berhenti sampai disitu, puskesmas ini juga membuat program Kelas Kelompok Pendukung Ibu (KEKEP Ibu) untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang dimulai tahun 2010.

"Kekep itu dalam bahasa Jawa artinya mendekap dengan penuh kasih sayang dari seorang ibu," ujar Bambang.

Kekep Ibu adalah pertemuan yang dilaksanakan rutin setiap 2 minggu sekali untuk memberi dukungan bagi kesehatan ibu dan anak, khususnya seputar kehamilan, menyusui, dan gizi.

"Fokus program ini adalah 1000 hari kehidupan. Jadi yang menjadi target program ini adalah pasangan usia subur sehingga mereka bisa mempersiapkan kehamilan yang sehat," kata Kepala Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Bantul Guppianto Susilo.

Program tersebut berhasil menurunkan angka kematian ibu dan bayi, serta meningkatkan jumlah bayi yang mendapatkan ASI. Program Kekep Ibu juga berhasil masuk dalam nominasi Indonesia MDG's Awards dan Juara Tingkat Provinsi sebagai program unggulan terbaik tahun 2013.

Sementara itu, untuk menekan jumlah bayi dan anak yang menderita anemia, dilakukan pemberian tablet besi pada anak-anak di sekolah seminggu sekali. "Hampir 8 persen siswa PAUD mengalami anemia. Di usia SD sekitar 17 persen dan terus meningkat di usia SMP dan SMA. Karenanya tak heran jika banyak ibu hamil anemia," kata Guppi.

Setelah program pemberian tablet zat besi dan pemeriksaan kadar besi dalam darah, jumlah anak yang menderita anemia berkurang. "Hasil evaluasi setelah 4 bulan rata-rata sekolah bebas anemia," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau