Kasus DBD selalu ada tiap tahun, bahkan dalam jumlah yang tak sedikit. Tahun ini, hingga pertengahan Juni tercatat ada 3.425 kasus DBD di Jakarta.
Kepada Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengungkapkan, ada tiga faktor utama yang menyebabkan kasus DBD belum berhasil diberantas.
Pertama, DBD disebabkan oleh virus dengue yang hingga saat ini masih terjangkit pada banyak orang. Belum ada vaksin untuk mencegah virus menginfeksi tubuh. Vaksin DBD yang sudah melewati tahap penelitian akhir, diharapkan dapat segera digunakan pada tahun 2016 mendatang.
Kedua, faktor manusia itu sendiri. Menurut. Widyastuti, masing-masing orang memiliki daya tahan tubuh dan reaksi yang berbeda-beda terhadap virus dengue. Gejala DBD juga sulit dikenali karena awalnya hanya seperti demam biasa. Belum lagi, kesadaran masyarakat untuk melakukan 3M (menutup, menguras, dan mendaur ulang) masih rendah.
Ketiga, yaitu faktor lingkungan. "Faktor lingkungan pengaruhnya kuat. Nyamuk itu kan hidup di iklim tropis," terang Widyastuti di Balai Kota beberapa waktu lalu.
Nyamuk Aedes yang membawa virus dengue pun memiliki ciri khas menyukai air bersih sehingga sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Widyastuti mengatakan, pengaruh cuaca tidak bisa diintervensi sehingga perlu kesadaran manusia untuk membasmi DBD. Agar mencapai target Jakarta Bebas DBD 2020, Pemprov DKI terus mengalakkan peran Jumantik atau juru pemantau jentik di setiap perumahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.