"Kita harus ingat bahwa penyakit ini masih terus aktif di Saudi Arabia, di mana jamaah umroh kita kini sedang berangkat atau sudah tiba di sana," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, melalui pernyataan tertulis yang diterima Kompas.com Rabu (24/6/2015).
Berdasarkan data yang diperolehnya, ada tiga kasus MERS yang baru terjadi di Arab Saudi. Jika ditotal, korban MERS mencapai 1.038 jiwa, dengan rincian 459 meninggal dunia, 573 berhasil sembuh, dan enam masih dalam perawatan. Tjandra menuturkan, kasus MERS juga mengalami peningkatan di tahun-tahun sebelumnya. Angka kematian karena MERS, meningkat dari 39 persen tahun 2013 menjadi 47 persen pada tahun 2014.
Untuk itu, kata Tjandra, WNI yang menjalankan ibadah umroh atau ibadah haji agar meningkatkan kewaspadaan selama berada di tanah suci. Ia menyarankan, WNI yang berencana ke Arab Saudi untuk memeriksakan diri ke dokter, agar ditangani apabila memiliki penyakit kronis seperti paru-paru, jantung, dan ginjal. Ia menyebut, penyakit-penyakit itu merupakan salah satu risiko tertular MERS.
Kalaupun sudah berada di Arab Saudi, Tjandra menyarankan agar sering-sering mencuci tangan minimal selama 20 detik menggunakan sabun dan air yang mengalir. Saran lainnya, ia menyebut jamaah umroh atau haji menjauhkan diri dari kontak dengan hewan unta. "Tidak perlu foto naik atau di depan unta. Jangan minum susu unta mentah dan tidak perlu jalan-jalan ke peternakan unta," ujar Tjandra.
Secara terpisah, anggota Komisi IX DPR RI Risky Sadig meminta pemerintah lebih sigap dalam melakukan langkah pencegahan penyebaran virus MERS dan memberikan sosialisasi yang komplet kepada masyarakat. Ia berharap, ada pengetatan pemberian izin masuk warga negara asing khususnya dari negara-negara yang menjadi kantong penyebaran MERS.
Pihak bandara, kata Risky, harus mengambil langkah karantina jika ada penumpang yang terindikasi mengidap MERS. Bahkan, jika penumpang tersebut adalah warga negara asing, ia mengusulkan agar tidak ragu untuk segera dideportasi. Politisi PAN itu melanjutkan, pemerintah juga perlu memberikan vaksinasi pada masyarakat di daerah rawan, pada masyarakat yang akan bepergian ke luar negeri atau aktivitas kesehariannya rawan terhadap kemungkinan terjangkit virus MERS.
"Tindakan pencegahan di pintu-pintu masuk kedatangan luar negeri bandara internasional seperti di Jakarta dan Bali, maksimalkan penggunaan alat deteksi suhu badan, dan para petugas jangan anggap remeh, jika ada penumpang yang terdeteksi suhu badannya tidak wajar," ucap Risky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.