Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Menyundul pada Sepak Bola Picu Gegar Otak pada Anak

Kompas.com - 17/07/2015, 14:00 WIB

KOMPAS.com -
Para ahli kesehatan dan para ibu sudah mengetahui bahwa selama beberapa tahun ini gegar otak terjadi lebih banyak pada anak-anak mereka yang bermain sepak bola di sekolahnya dibanding olahraga lainnya.

Saat ini, sebuah studi pada jurnal JAMA Pediatrics menjelaskan lebih detil mengapa para pemain sepak bola itu gegar otak.

Kontak antar pemain menyebabkan benturan-benturan keras dan sundulan (yang mengharuskan para pemain menyentuh bola dengan kepalanya), merupakan gerakan yang paling berbahaya bagi individu. Mengakibatkan gegar otak hampir sepertiga pada anak laki-laki dan lebih dari seperempat pada anak perempuan.

Para peneliti mengumpulkan data antara tahun 2005 hingga 2014 dari perwakilan sampel anak-anak SMA di AS untuk mengukur jumlah gegar otak akibat sepak bola di negara tersebut. Secara keseluruhan, gerakan menyundul pada sepak bola menyebabkan gegar otak pada 74.000 anak laki-laki dan 87.000 pada anak perempuan dalam kurun waktu sembilan tahun tersebut.

Meskipun gerakan menyundul di sepakbola menyebabkan gegar otak pada anak, para peneliti di balik studi ini tidak mengharuskan gerakan tersebut dihilangkan sepenuhnya dari sepak bola. Sebaiknya, para orang tua dan pemerintah di bidang olahraga harus fokus mencari cara agar kontak antar pemain dapat dikurangi.

“Melarang gerakan menyundul pada sepak bola tidak diragukan lagi dapat mengurangi gegar otak hingga 30%. Namun yang paling penting, studi kami menunjukkan bahwa banyak anak bisa tertolong jika sepak bola tidak dimainkan secara kasar,” kata Dawn Comstock, peneliti di Colorado School of Public Health.

Menurut Dawn, tidak perlu melarang anak-anak bermain sepak bola karena olahraga tersebut sebenarnya memiliki banyak manfaat. Namun, orangtua dan pihak sekolah harus memastikan anak didiknya tidak terluka ketika bermain.

“Olahraga merupakan cara yang baik bagi anak-anak untuk meningkatkan aktivitas fisik. Kami hanya ingin mereka lebih  aman saat bermain sepak bola,” tutup Dawn. (time.com)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau