Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Abaikan Nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan

Kompas.com - 05/10/2015, 07:25 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Fakta di Indonesia menunjukkan masih tingginya tingkat malnutrsi pada ibu hamil di Indonesia.  Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%).  

Sebuat studi yang dilakukan oleh Southeast Asia Food and Agricultural Science & Technology (SEAFAST) Centre, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2011, terhadap lebih dari 200 wanita hamil, memperlihatkan bahwa lebih dari 50% ibu hamil tersebut memiliki asupan gizi lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.

Padahal, 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah periode emas bagi tumbuh kembang seorang anak.  Seribu hari pertama kehidupan ini terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Apa yang terjadi pada masa ini, termasuk nutrisi yang diterima oleh bayi saat dalam kandungan dan menerima ASI, memiliki dampak jangka panjang terhadap kehidupan saat usia dewasa.

Pentingnya nutrisi selama kehamilan

Anemia pada ibu hamil bukanlah masalah sederhana. Pasalnya, sel darah merah ini memiliki peranan sangat penting untuk membawa makanan dan membawa oksigen untuk janin. Agar janin sehat, tentu sel darah merah ibu harus cukup.

Anemia tidak bisa diperbaiki hanya dengan suplemen penambah darah. “Yang membuat kadar sel darah merah baik itu adalah hemoglobin. Hemoglobin adalah kombinasi antara hem (feritrin, zat besi) dan globin (protein). Kalau ikatannya baik baru terbentuk hemoglobin. Jadi, kalau hanya diberi tablet tambah darah, tapi ibunya tetap tidak mengonsumsi makanan protein tinggi, enggak akan berpengaruh,” jelas Dr. dr. Dwiana Ocviyanti spog(K), Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI – RSCM.

Kehamilan dengan anemia jika tak segera diatasi dengan tepat, dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, bahkan dapat berujung dengan kematian ibu. Anemia akan menyebabkan terhambatnya suplai oksigen pada bayi, sehingga sudah pasti bayi akan kekurangan oksigen, yang akhirnya berakibat pada kelahiran prematur. Meski anemia juga bisa disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti tuberculosis dan malaria, tapi faktor terbesar penyebab anemia adalah kurangnya gizi pada ibu hamil.

“Masalah anemia bukan hanya di pedesaan, tapi juga di kota besar. Anemia juga banyak terjadi pada ibu hamil bertubuh gemuk lho. Karena, banyak ibu hamil yang makan asal kenyang, tanpa memerhatikan kandungan gizinya. Secangkir cappucino dan sepotong cake memang mahal dari segi harga, tapi kandungannya hanya lemak dan gula. Padahal, ibu hamil butuh makanan protein tinggi, kalsium, dan berbagai vitamin dan mineral lain,” ujar dr. Dwiana.

Tidak ada perencanaan keluarga

Menurut dr. Dwiana, faktor terbesar masih banyaknya ibu hamil di Indonesia yang kurang gizi, karena tidak adanya family planning sebelum kehamilan. Masih banyak keluarga di Indonesia yang hanya memikirkan hak untuk memiliki anak, tapi belum memikirkan hak anak untuk hidup dengan layak dan tumbuh sehat.

Untuk menciptakan generasi emas, penting untuk merencanakan setiap kehamilan dengan baik. Dimulai dari rencana punya anak berapa dan kapan. Selanjutnya, Ibu bersama ayah sudah memiliki perencanaan kerja, perencanaan rumah, perencanaan keuangan, perencanaan gizi, perencanaan ASI, dan sebagainya.

Sehingga, saat ibu hamil, 1000 hari Pertama Kehidupan menjadi prioritas utama yng diperhatikan. Ibu punya banyak waktu memerhatikan asupan makanan bergizinya, ibu lebih banyak beristirahat, ibu bisa mengatur waktu kerjanya. Sehingga, kondisi ibu selama kehamilan sehat dan bisa melahirkan dengan baik.

“Di Indonesia masih banyak ibu hamil yang bekerja jadi buruh cuci. Tidak mungkin untuk tidak bekerja, karena perekonomian rumah tangganya akan terhenti. Sudah begitu, anaknya banyak. Ini yang menjadi perhatian kita dalam program 1000 Hari Pertama Kehidupan. Bagaimana anaknya menjadi generasi emas, kalau selama hamil ibunya tidak sehat,” kata dr. Dwiana.

ASI tak tergantikan

Setelah melahirkan, penuhi hak anak untuk mendapatkan ASI eksklusif, minimal selama 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang kandungan gizinya sebaik ASI. Hebatnya lagi, ASI menyesuaikan dengan usia anak, termasuk jika anak lahir prematur, kualitas ASInya akan sesuai untuk bayi prematur. Dan sudah pasti, bayi yang mengonsumsi ASI tidak akan terkena infeksi.

Dari segi fisik, ASI dapat menghindarkan anak dari pertumbuhan stunting atau cebol. Sedangkan dari segi psikis, pemberian ASI selama dua tahun dapat menghindarkan anak dari kelainan kepribadian, misalnya adiksi obat hingga kemampuan membunuh orang lain. “Kemampuan membunuh orang lain sudah masuk dalam kelainan kepribadian berat. Kalau ada orang yang membunuh, itu sudah pasti orangtuanya tidak memerhatikan kualitas 1000 Hari Kehidupan Pertamanya,” ujar dr. Dwiana.

Kenapa ASI dapat menghindarkan seorang anak dari kelainan kerpibadian? Ini karena, ketika ibu menyusui anaknya, tidak sekedar proses memberi makan, tapi juga mencurahkan kasih sayang. Selama menyusui, anak akan dipeluk dan ditatap matanya dengan penuh cinta. Anak akan merasakan kedamaian. Sehingga, anak pun akan menjadi pribadi yang penuh kasih nantinya.

Memberikan makanan yang baik, menciptakan situasi yang baik, dan menjaga anak di lingkungan yang baik adalah faktor penting yang harus diperhatikan dalam 1000 hari pertama kehidupan seorang anak. Inilah awal tumbuh kembang seorang anak yang akan berdampak pada kecerdasan dan kesehatannya di masa mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com