KOMPAS.com - Anjuran untuk tidur terpisah antara ibu dan bayi sudah sering disuarakan oleh American Academy of Pediatrics (APP) dan National Institute of Health. Membiarkan bayi tidur sendiri dalam boks dinilai akan menjauhkan bayi dari sumber bahaya, seperti selimut dan bantal yang berpotensi menutup saluran pernapasan, mainan yang bisa melukai bayi, ataupun tubuh orangtua yang mungkin saja menindih bayi saat sedang tidur.
Sehingga, APP menyimpulkan bahwa tidur satu ranjang bersama bayi akan meningkatkan risiko kematian pada bayi di usia kurang dari 1 tahun.
Namun, pendapat tersebut kini tak lagi mutlak. James McKenna, Direktur Mother-Baby Behavioral Sleep Laboratory di University of Notre Dame, malah mendukung ibu untuk melakukan breastsleeping.
Dalam laporan yang diterbitkan oleh Acta Paediatrica, McKenna berpendapat bahwa seorang ibu sebaiknya kembali melakukan breastsleeping, yaitu kombinasi antara waktu tidur bayi dan waktu menyusui. Dengan kata lain, ia menganjurkan ibu dan bayi untuk tidur satu ranjang sehingga bebas untuk menyusui. Sebuah kegiatan yang menurut McKenna sudah ada sejak ribuan tahun lalu.
“Mungkin pada tahun 2015 kita telah hidup di masa urban, diatur oleh pola kehidupan modern. Namun, gaya breastsleeping merupakan metode tertua yang telah lama dilakukan oleh umat manusia,” papar McKenna kepada Huffington Post.
Baginya, tidur seranjang dengan bayi memiliki banyak manfaat, baik bagi ibu maupun bayi. Salah satunya seperti penelitian McKenna yang pernah diterbitkan dalam American Journal of Physical Anthropology.
Bahwa pasangan ibu-bayi yang berbagi tempat tidur memiliki dua kali jumlah sesi menyusui ketimbang mereka yang tidur terpisah. Sehingga, akan mendukung kedekatan ibu dan bayi, di samping membuat bayi mendapat ASI lebih banyak yang baik bagi kesehatan tumbuh kembangnya.
“Akhirnya ibu yang memutuskan tidur terpisah akan menyusui bayinya di kursi goyang, sambil berdiri, atau duduk di lantai sambil mengantuk. Hal itu jauh lebih berbahaya ketimbang menyusui di ranjang. Sayangnya, APP terlalu fokus mengampanyekan agar ibu-bayi tidur terpisah, tetapi tak memberi solusi bagaimana tidur satu ranjang yang aman,” lanjut McKenna.
Walau begitu, Dr Michael H Goodstein, profesor klinis pediatrik dari Pennsylvania State University yang juga merupakan anggota APP, memberikan tanggapan, McKenna kurang memaparkan risiko apa saja yang mungkin terjadi saat ibu-bayi tidur satu ranjang.
APP sebenarnya juga sangat mendukung kedekatan ibu dan bayi. Walau ibu-bayi tidur terpisah, tetapi tetap dianjurkan untuk tidur di kamar yang sama agar bayi di bawah 1 tahun lebih mudah terpantau oleh orangtua.
McKenna dan APP akhirnya sepakat bahwa bayi sebaiknya tidak tidur bersama balita lain, tidak menggunakan matras air atau matras yang terlalu empuk, serta tempat tidur tanpa pelindung samping. McKenna juga tidak menyarankan untuk seranjang dengan bayi prematur karena alasan keselamatan. Sedangkan untuk opsi apakah ibu akan tidur seranjang dengan bayi, pilihan tersebut dikembalikan kepada masing-masing orangtua.
McKenna menyarankan para orangtua untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter anak sebelum mengambil langkah ini, ataupun segala bentuk rencana kesehatan yang berhubungan dengan bayi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.