Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semakin Sering Berhubungan, Besar Kemungkinan untuk Hamil?

Kompas.com - 09/10/2015, 20:25 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber TIME.com

KOMPAS.com - Semakin sering berhubungan seks, kekebalan tubuh seorang wanita mendapat perintah untuk bereproduksi. Demikian hasil penelitian sebuah studi awal.

Dua paper baru, satu diterbitkan di jurnal Fertility and Sterility dan yang lain di jurnal Physiology and Biology berargumen bahwa bahkan ketika wanita berhubungan seks di luar masa suburnya, hal itu akan mengubah sistem kekebalan tubuh yang dapat meningkatkan kemungkinannya untuk segera hamil.

Kedua studi itu masih penelitian awal periset. Ahli yang tak terlibat dalam penelitian memperingatkan, masih terlalu dini untuk membuat rekomendasi berdasarkan penemua itu. Dampak aktivitas seksual terhadap sistem kekebalan tubuh membutuhkan penelitian lebih jauh.

Sistem kekebalan tubuh adalah faktor penting dalam mendapatkan kehamilan sehat."Segala sesuatu yang memastikan sperma bertemu sel telur tanpa diserang penyusup, membantu telur yang subur ditanam ke dinding rahim, semua itu diarahkan oleh kekebalan tubuh," kata Tierney Lorenz, visiting research Scientist dari Kinsey Institute di Indiana University yang memimpin kedua penelitian tersebut.

Menurutnya, respon kekebalan tertentu membantu di beberapa titik siklus menstruasi untuk membantu menyiapkan atau menjalani kehamilan. Respon-respon ini lebih lazim dijumpai pada wanita yang aktif secara seksual dalam penelitian tersebut.

Penemuan penelitian itu mengatakan aktivitas seksual mungkin meningkatkan respon kekebalan seorang sehingga ketika ia lebih sering berhubungan seks selama masa subur, sistem kekebalannya sudah terhubung dengan respon pro kehamilan.

Dalam dua penelitian tersebut, periset meneliti data dari 30 wanita sehat, sebuah sampel yang relatif kecil. Sekitar separuh dari wanita itu aktif secara seksual dan separuhnya lagi tidak.Satu penelitian melihat sel T pembantu dan yang lain meneliti antibodinya. Sel T pembantu mengarahkan sistem kekebalan tubuh ke target yang benar dan berperan menentukan jenis respon terbaik. Antibodi menandai patogen sebagai penyusup dan dapat melumpuhkan beberapa di antara mereka.

Dalam sebuah studi periset menemukan bahwa wanita yang aktif secara seksual memiliki perubahan lebih besar dari sel T penolong (Tipe 1 sel T penolong menolong tubuh melindungi diri dari penyusup dan tipe 2 membantu tubuh belajar bahwa keberadaan sesuatu yang akan dipandang seperti penyusup misalnya sperma, sebenarnya tidak berbahaya).


Wanita yang aktif secara seksual memiliki kadar sel tipe 2 lebih tinggi selama masa siklus menstruasi, ketika lapisan dinding rahim lebih tebal untuk mempersiapkan kehamilan, dan mereka memiliki sel tipe 1 lebih tinggi selama fase dalam siklus ketika folikel sel telur matang. Para periset tidak melihat perubahan ini pada wanita yang tak aktif berhubungan seks.

Dalam studi lain, ilmuwan meneliti antibodi. Selama dua fase sama dalam siklus menstruasi, mereka menemukan fluktuasi berbeda pada dua jenis antibodi pada wanita yang tak berhubungan seks dan wanita yang aktif secara seksual. Periset mengatakan ini dapat berarti tubuh wanita yang aktif secara seksual mempersiapkan kehamilan dengan cara yang sangat unik.

"Berhubungan seks tampaknya merupakan sinyal bagi sistem kekebalan tubuh wanita untuk memfokuskan jenis-jenis respon kekebalan yang mempercepat kehamilan, dibandingkan jenis respon kekebalan lain," kata Lorenz.


"Pada dasarnya, seks mengubah prioritas sistem kekebalan dari bertahan melawan penyakit dan memperbaiki jaringan menjadi membantu persiapan konsepsi dan implantasi, dan mempersiapkan keungkinan kehamilan," katanya.

Riset sebelumnya membuktikan bahwa wanita yang aktif secara seksual memiliki pola kekebalan tubuh berbeda dibandingkan wanita yang tak berhubungan seks. Lorenz mengatakan,"Tak seorang pun meletakkan dua gagasan ini bersamaan, bahwa aktivitas seksual mungkin merupakan isyarat yang diperlukan untuk mendapatkan perubahan-perubahan ini," katanya.

Peneliti tidak meneliti pada wanita yang mencoba hamil sehingga mereka mengatakan dampak pada kesuburan wanita masih belum jelas.

"Studi ini provokatif dan menarik," kata Dr. James Segars, profesor ginekologi dan obstetri dari John Hopkins University School of Medicine. "Masalah dari kedua studi adalah ukuran sampel yang sangat kecil. Saya mungkin akan lebih meneliti kadar stres dari wanita yang tak berhubungan sesual, bagaimana oksitosin yang dikeluarkan selama orgasme berperan." Segars sendiri tak ikut dalam penelitian ini.

"Dari sudut pandang ilmiah,saya tak dapat menyarankan pasien berhubungan seks berdasarkan hasil studi ini. Tetapi, kami butuh lebih banyak informasi mengenai ini. Ketika pasangan berhubungan seks, mereka ada di situasi lebih baik untuk mendapatkan anak. Mereka mungkin berovulasi lebih sering dan memiliki kekebalan tubuh lebih baik secara keseluruhan," kata Segars.

Lorenz setuju bahwa riset ini membutuhkan studi lebih jauh. "Kami perlu melakukan lebih banyak riset mengenai dampak aktivitas seksualterhadap kekebalan tubuh, dan apakah efek ini dapat digeneralisasi pada wanita yang mendapat pengobatan hormon atau memiliki masalah seperti siklus mens tak teratur," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau