1. Takut jika tubuhnya terekspos di hadapan orangtua. Biasanya, anak yang belum akil balik, tidak merasa malu atau takut jika tubuhnya terlihat orangtua, walau dalam keadaan tanpa busana. Ketakutan ini berasal dari rasa tertekan dan khawatir orangtuanya tahu, bahwa dia telah mendapat perlakuan seksual yang tidak pantas atau takut pada ancaman dari pelaku.
2. Gejala fisik dapat mencakup nyeri dan gatal di kelamin dan dubur serta pendarahan. Anak juga bisa mengalami sakit perut, pusing, dan keluhan fisik lain. Padahal, dia tidak sakit misalnya flu atau salah makan.
3. Gelisah di dalam tidurnya untuk alasan yang Anda tidak tahu, ngompol, ketakutan yang tidak jelas sumbernya, menolak pergi ke suatu tempat atau bertemu seseorang.
4. Mengalami kesulitan belajar, tiba-tiba mengalami kesulitan bergaul dengan teman sebaya, menangis berlebihan atau depresi, menjadi cengeng dan menuntut perhatian, atau malah jadi agresif, terlihat sedang menyimpan rahasia.
5. Anak korban kekerasan seksual, kadang mencoba mengatasi masalahnya sendiri dengan prilaku 'melarikan diri'. Contohnya, jika biasanya dia punya waktu jalan-jalan atau pulang sekolah bersama teman, anak korban kekerasan seksual akan menghentikan kebiasaan yang disukainya itu dan melarikan diri dari teman-teman karibnya. Anak menjadi terisolasi dan ini berbahaya. Pelaku akan semakin mudah mengulangi perbuatannya ketika anak sendirian.
6. Beberapa anak tidak menunjukkan gejala apapun. Ini artinya, pelaku telah berhasil memengaruhi pikiran anak, membuat anak menjadi nyaman dan merasa terlindungi oleh kehadiran pelaku yang memang seringkali bersikap manis dan memanjakan anak.
Ingat, jika anak menunjukkan gejala-gejala di atas dan perubahan prilaku lainnya yang menurut Anda di luar wajar, artinya anak ingin mengadukan sesuatu tapi kesulitan mengungkapkan perasaannya. Teruslah dampingi dan tanya dengan bersahabat, serta tunjukkan dukungan.
Berikan informasi yang mereka perlu ketahui, bahwa orangtua akan melindunginya. Yakinkan bahwa ia akan aman, karena ada Anda sebagai pelindungnya, dan bahwa sangatlah penting berbagi rahasia dengan orangtua agar orangtua bisa membela dan memecahkan masalahnya.
Mungkin Anda tidak berhasil di percobaan pertama, teruslah rangsang anak untuk terbuka. Sangat tidak disarankan menggunakan pendekatan bernuansa kekerasan, baik verbal, mental, dan fisik. Itu akan membuat anak tambah menderita dan menutup diri.
Satu hal lagi yang perlu Anda pahami, berdasarkan pengalaman para psikolog, anak menutup rahasianya dari orang lain, karena dia takut pada empat hal:
- Anak takut dia yang dianggap bersalah atas kejadian yang menimpanya.
- Anak takut pada ancaman pelaku yang akan membunuh atau menyiksanya.
- Anak takut kehilangan orangtua dan keluarga, karena secara insting dia tahu yang dialaminya adalah sesuatu yang tidak pantas. Anak menganggap karena dia sudah terlanjur mengalami, maka dia akan dibuang.
- Anak takut kehilangan teman dan lingkungannya, karena alasan yang sama dengan poin di atas.
Ke mana meminta pertolongan?
Jika Anda kesulitan mendekati anak, pertimbangkan untuk meminta bantuan psikolog. Psikolog juga dibutuhkan untuk mendampingi anak dan keluarga, ketika Anda sudah tahu pasti si kecil jadi korban kekerasan seksual.
Segera lapor ke kantor polisi terdekat jika anak Anda menjadi korban kekerasan dan pelecehan. Bawa anak ke dokter untuk divisum sebagai bukti telah terjadi tindak kekerasan, ini juga akan sangat membantu kerja polisi nantinya.