Novou (47) bertahan dari kecelakaan mobil tetapi ia harus menjalani lusinan operasi untuk memulihkan kakinya yang lumpuh. Baginya, hidup di kursi roda bukanlah pilihan. Apalagi dokter mengatakan kakinya harus diamputasi.
Suatu hari ia membaca sebuah artikel kesehatan mengenai sebuah terapi infeksi menggunakan virus hidup. Terapi yang disebut phage (virus yang hidup parasit di bakteri) itu membuatnya tertarik. Ia pun menghubungi dokter untuk mencoba terapi itu.
Terapi tersebut memanfaatkan virus yang disebut phage untuk menyerang dan membunuh bakteri berbahaya, termasuk "bakteri super" yang sudah kebal antibiotik.
Pada kasus Novou, ia terinfeksi Staphylococcus, bakteri biasa yang bisa menyebabkan rasa sakit sampai infeksi "pemakan daging", istilah untuk infeksi yang dimulai dari jaringan di bawah kulit sampai jaringan lunak.
"Tanpa terapi virus, saya tidak bisa berada di sini," katanya dalam sebuah konferensi kedokteran di Paris yang menyoroti terapi phage.
Terapi virus untuk mengatasi bakteri sebenarnya sudah lama diketahui tapi sudah jarang dipakai lagi. Tetapi dalam 15 tahun terakhir ini, terapi itu menjadi alternatif, terutama di Perancis, Belgia, dan Amerika Serikat.
Meningkatnya kepopuleran terapi phage antara lain disebabkan karena peningkatan dramatis infeksi bakteri yang kebal obat. Organisasi kesehatan dunia (WHO) bahkan menyebut hal itu sebagai krisis kesehatan global.
"Terapi phage paling efektif untuk infeksi yang mengenai tulang dan artikulasi, tapi juga bisa untuk infeksi saluran kencing, pernapasan, dan mata," kata Dr. Alain Dublanchet dari Perancis yang mengembangkan terapi ini.
Terapi tersebut ditemukan saat Perang Dunia I dan dikembangkan sekitar tahun 1920-1930, tapi memiliki beberapa efek samping.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.