Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/03/2016, 07:16 WIB
KOMPAS.com- Ketika dokter menyampaikan pada Christophe Novou bahwa kakinya akan diamputasi sampai bagian paha akibat infeksi bakteri, pria Perancis itu berpikir untuk bunuh diri.

Novou (47) bertahan dari kecelakaan mobil tetapi ia harus menjalani lusinan operasi untuk memulihkan kakinya yang lumpuh. Baginya, hidup di kursi roda bukanlah pilihan. Apalagi dokter mengatakan kakinya harus diamputasi.

Suatu hari ia membaca sebuah artikel kesehatan mengenai sebuah terapi infeksi menggunakan virus hidup. Terapi yang disebut phage (virus yang hidup parasit di bakteri) itu membuatnya tertarik. Ia pun menghubungi dokter untuk mencoba terapi itu.

Terapi tersebut memanfaatkan virus yang disebut phage untuk menyerang dan membunuh bakteri berbahaya, termasuk "bakteri super" yang sudah kebal antibiotik.

Pada kasus Novou, ia terinfeksi Staphylococcus, bakteri biasa yang bisa menyebabkan rasa sakit sampai infeksi "pemakan daging", istilah untuk infeksi yang dimulai dari jaringan di bawah kulit sampai jaringan lunak.

"Tanpa terapi virus, saya tidak bisa berada di sini," katanya dalam sebuah konferensi kedokteran di Paris yang menyoroti terapi phage.

Terapi virus untuk mengatasi bakteri sebenarnya sudah lama diketahui tapi sudah jarang dipakai lagi. Tetapi dalam 15 tahun terakhir ini, terapi itu menjadi alternatif, terutama di Perancis, Belgia, dan Amerika Serikat.

Meningkatnya kepopuleran terapi phage antara lain disebabkan karena peningkatan dramatis infeksi bakteri yang kebal obat. Organisasi kesehatan dunia (WHO) bahkan menyebut hal itu sebagai krisis kesehatan global.

"Terapi phage paling efektif untuk infeksi yang mengenai tulang dan artikulasi, tapi juga bisa untuk infeksi saluran kencing, pernapasan, dan mata," kata Dr. Alain Dublanchet dari Perancis yang mengembangkan terapi ini.

Terapi tersebut ditemukan saat Perang Dunia I dan dikembangkan sekitar tahun 1920-1930, tapi memiliki beberapa efek samping.

Dublanchet yang saat ini sudah pensiun, mengklaim telah mengobati setidaknya 15 pasien kecelakaan lalu lintas dan mengalami infeksi yang tak bisa diatasi dengan antibiotik.

Terapi tersebut biasanya dilakukan beberapa minggu dan secara umum jauh lebih murah daripada penggunaan antibiotik generasi terbaru yang harganya bisa mencapai ribuan dollar.

Sayangnya, terapi phage saat ini belum diakui oleh WHO sehingga para dokter dan pasien biasanya mendapatkan virusnya di zona abu-abu seperti di Eropa Timur.

Negara-negara Uni Eropa saat ini juga telah meluncurkan uji klinis yang disebut Phagoburn untuk menguji kemampuan terapi virus pada pasien luka bakar berat. Sekitar 220 pasien, separuhnya diberi terapi virus dan sisanya dengan pengobatan medis standar.

Dublanchet mengingatkan, bahaya yang harus diwaspadai dari terapi ini adalah kemungkinan penyebaran virus ke lingkungan. Oleh karenanya pengunaan dalam pengobatan harus diawasi dengan ketat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau