Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wi-Fi Tidak Membahayakan Kesehatan, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 14/03/2016, 08:11 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Akhir-akhir ini beredar kabar yang mengatakan bahwa wifi dapat berakibat buruk bagi kesehatan, terutama bagi otak. Bukan hanya risiko kanker otak, tapi juga tumor otak dan gangguan otak lainnya.

Benarkah kabar tersebut? Mari kita simak penjelasan yang disarikan dari tulisan Jack Schofield, editor komputer Guardian dan laporan dari WHO dan Cancer Reaearch UK.

Baik Guardian maupun Cancer Research UK, sama-sama menyatakan bahwa gelombang frekuensi radio yang berasal dari wifi (terutama di rumah, kantor dan tempat publik), umumnya tidak memiliki pengaruh apapun terhadap otak, sekalipun itu otak bayi.


Karena itu, wifi tidak memicu gangguan kesehatan, termasuk gangguan otak, baik dalam bentuk tumor, kanker, dan lain sebagainya.

Sekalipun IARC (International Agency for Research in Cancer) menyatakan bahwa gelombang wifi masuk golongan 2B alias agen yang bersifat karsinogen, tapi kita harus paham dulu definisi golongan 2B.

Golongan 2B artinya, agen tersebut baru mungkin memicu kanker jika dalam kondisi tertentu. Dalam hal wifi, artinya gelombang radionya harus berintensitas sangat tinggi dan paparannya harus sangat intens.

Pernyataan IARC ini, salah satunya berdasarkan pada studi Hardell yang menyebutkan bahwa ada kaitan antara penggunaan ponsel dari pengguna berat (intens) dengan tumor otak tipe tertentu.

Pernyataan IARC yang menjadi salah satu dasar argumen kabar buruk tentang wifi, sejalan dengan laporan Cancer Research UK. Lengkapnya, Cancer Research UK megatakan radiasi dari wifi afalah radiasi non-ion. Hampir semua radiasi non-ion memiliki energi yang sangat lemah dibanding radiasi ion.

Radiasi non-ion banyak digunakan untuk teknologi komunikasi, alat elektronik dan gadget, termasuk microwave, radio, remote TV, remote AC, telepon rumah, walkman, TV dan tape recorder Anda. Di antara semua perabot itu, radiasi wifi termasuk yang energinya paling lemah.

Berpuluh-puluh tahun sejak keberadaan benda-benda itu, termasuk keberadaan wifi, tidak ditemukan peningkatan kasus gangguan kesehatan otak akibat paparan gelombang radio dari benda-benda tersebut. Bahkan, stasiun transmisi wifi (BTS) masih termasuk gelombang radio berfrekuensi rendah.

Wifi, terutama di rumah-rumah, perkantoran dan tempat publik, ratusan ribu kali di bawah ambang batas berbahaya menurut standar internasional.

Karenanya, wifi dimasukkan dalam kelompok type of radiation extremely low frequency EMF atau tipe gelombang elektromagnetik yang ekstrim rendah. Gelombang radio dari wifi, 100.000 kali lebih rendah dari microwave Anda, kata Jack.


Di titik mana wifi berbahaya?

Jadi, harus seberapa seringkah kita terpapar wifi supaya bisa sakit? Atau harus seberapa tinggikah frekuensi radio dari wifi, yang bisa menyebabkan kita sakit? Ini masih belum jelas, karena belum ditemukan kasus gangguan kesehatan karena wifi sebagai penyebab langsungnya, menurut Cancer Research UK.

Penelitian yang menyebut bahwa wifi berbahaya bagi otak manusia, tidak menjelaskan secara jelas metode yang menjadi dasar penelitian. Apakah di kalangan pengguna ponsel? Berapa jam sehari rata-rata partisipan menggunakan ponselnya? Bagaimana pola pemakaiannya? Apa tipe ponselnya? Karena ponsel yang beredar di pasar harusnya sudah lulus uji keamanan.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau