Antraks adalah penyakit yang serius, bahkan dapat mematikan, yang disebabkan oleh infeksi Bacillus anthracis. Bakteri ini bisa menghasilkan spora yang bisa menyebarkan infeksi.
Kebanyakan kasus antraks terjadi pada hewan ternak, misalnya sapi, domba, kuda, atau kambing. Spora antraks di tanah bisa menginfeksi hewan ternak yang memakan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut.
Penularan antraks pada industri peternakan di negara maju sudah sangat jarang karena ternak di sana sudah mendapat vaksin antraks.
Infeksi antraks memiliki tiga tipe, yakni lewat kulit ketika spora masuk melalui luka, lewat pernapasan akibat menghirup spora antraks, atau melalui pencernaan karena mengonsumsi daging yang terkontaminasi.
Penyakit antraks tidak menyebar antar orang. Karenanya kita tidak memerlukan vaksinasi antraks, kecuali ada sumber infeksi yang sama.
Gejala antraks bervariasi tergantung tipe infeksi yang kita alami.
Pada infeksi antraks lewat kulit akan menimbulkan gejala gatal, bentol di tubuh, serta melepuh di kulit. Pembesaran kelenjar limfa, sakit kepala, dan demam, terkadang juga dialami. Gejala ini timbul sekitar 5-7 hari pasca paparan spora.
Antraks yang menular lewat saluran napas menyebabkan munculnya gejala 1-7 hari setelah paparan. Pada awalnya, pasien akan mengalami gejala mirip flu, yakni demam ringan dan tenggorokan sakit.
Kesulitan bernapas dan demam tinggi baru timbul sekitar 1-5 hari kemudian. Tanpa pertolongan segera, pasien bisa mengalami syok dan kematian.
Sementara itu, gejala antraks yang menular lewat saluran cerna baru muncul sekitar seminggu setelah penularan.
Pada awalnya, gejala yang timbul berupa sakit tenggorokan, sulit menelan, serta ada luka di mulut. Ketika penyakitnya bertambah parah, pasien akan kesulitan bernapas, diare berdarah, atau muntah, serta nyeri pada perut.
Dignosis penyakit antraks ditegakkan setelah dokter melakukan pemeriksaan fisik dan juga kultur bakteri dari darah atau cairan di hidung.
Penyakit ini bisa diobati dengan antibiotik. Pemberian obat harus dilakukan secepatnya begitu gejala muncul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.