Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jantung Bocor Tak Hentikan Semangat Yomi Terus Berlari

Kompas.com - 20/03/2016, 18:46 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemeja, celana panjang, dan sepatu lari. Ya, meski berpakaian rapih ke kantor, Yomi Wardhana (43) tak bisa lepas dari sepatu larinya. Yomi bisa berlari kapan pun ia mau.

Co-founder komunitas lari Indo Runners ini mengikuti kegiatan lari mulai dari 5 km, 10 km, half marathon (21 km), marathon (42,195 km), hingga triathlon.

Ajang Bintan Triathlon diikutinya tahun 2009 lalu dengan tim relay (tiga orang). Di Bintan Triathlon, kedua temannya berenang dan bersepeda, lalu Yomi melanjutkan dengan berlari.

Tak hanya di dalam negeri, Yomi juga berlari hingga ke luar negeri, seperti mengikuti Singapore Marathon, Hongkong Marathon, dan Kuala Lumpur Marathon.

Sejak kecil, Yomi memang tak pernah bisa diam. Ia pernah menjadi atlet sepatu roda, taekondo, main tenis, hingga akhirnya jatuh cinta dengan lari.

Hebatnya, kegiatan berlari itu tetap ia lakukan meski telah didiagnosis mengalami kebocoran katup jantung sejak tahun 2007.

"Kata dokter, jantung saya bocor. Saya kaget. Dokter bilang, 'kamu harus operasi'. Saya sempat enggak percaya karena saat itu usia 35 tahun, saya aktif bergerak di sana sini," kata Yomi saat ditemui, Sabtu (19/3/2016).

Melalui peralatan dari dokter, Yomi mendengar sendiri bagaimana detak jantungnya tidak normal. Dokter menyarankan Yomi untuk operasi, tapi tak langsung ia lakukan. Saat itu Yomi tak hanya mengunjungi satu dokter, tetapi juga meminta pendapat hingga empat dokter lain.

Direktur Eksekutif Yayasan Mari Lari ini juga diminta mengurangi intensitas berlarinya. Cara aman, Yomi berlari di tengah-tengah kerumunan pelari lain. Ia juga menggunakan jam tangan canggih yang mampu memonitor detak jantungnya setiap saat.

"Saya berlari selalu lihat heart rate monitor di jam tangan. Kalau berlari sekitar 150-160 (denyut jantung per menit), lewat dari itu saya mulai harus pelan-pelan atau berhenti," kata Yomi.

Tumbang

Lambat laun, jantung Yomi tak bisa lagi diajak kompromi. Tahun 2013, fungsi jantung Yomi melemah. Jangankan lari, untuk melakukan kegiatan sehari-hari saja menjadi sulit dilakukan karena masalah pada jantungnya saat itu.

Yomi menjadi cepat lelah. Biasanya ia mampu lari Jakarta-Bogor, namun saat itu hanya untuk menaiki tangga saja Yomi sangat kelelahan.

"November 2013, saya tumbang. Saya harus operasi jantung," kenang Yomi.

Yomi memilih menjalani operasi di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Ia mempercayakan kesehatan jantungnya pada seorang dokter bernama Lim Yeong Phang.

Dokter Lim ternyata juga pencinta lari. Bahkan ia termasuk salah satu "Iron Man", yaitu julukan untuk seorang yang mengikuti triathlon dengan jarak tempuh sangat jauh. Yomi semakin yakin, di tangan Lim, jantungnya akan membaik dan ia bisa kembali berlari.

Dalam video yang ditayangkan di acara diskusi "Sayangi Jantungmu", Lim menjelaskan kondisi Yomi yang melemah. Yomi kesulitan bernapas. Tugas Lim adalah mengembalikan fungsi jantung Yomi sehingga pasien bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala.

Yomi menjalani operasi pembedahan untuk memperbaiki katup jantungnya. Menurut salah satu tim bedah ahli jantung, Dinesh Nair, katup jantung Yomi robek sehingga bocor.

Dian Maharani/Kompas.com Yomi Wardhana Indo Runners dan ahli jantung dari RS Mount Elizabeth, Singapura, Dinesh Nair.
Kebocoran jantung umumnya sudah ada sejak lahir, akan tetapi banyak kasus yang baru diketahui saat dewasa. Sebab, saat dewasa, otot jantung akan lebih keras dibanding saat masih kecil.

Katup jantung Yomi harus diperbaiki dengan operasi. Setelah operasi, Yomi hanya menjalani perawatan di rumah sakit selama lima hari. "Jantung Yomi menjadi sangat baik. Operasi hanya sekali seumur hidup," kaya Dinesh.

Berlari sepanjang masa

Setelah operasi jantungnya sukses, Yomi sangat "gatal" bisa kembali berlari. Ia pun mulai dengan berjalan kaki selama 20 menit. 

Hingga akhirnya, 6 bulan setelah operasi, Yomi kembali aktif berlari. Amankah? Atas seizin dokter, Yomi boleh berlari. Yomi memulainya dengan jarak lari yang pendek terlebih dahulu.

"Saya sedih, lari, saya senang, juga lari," kata Yomi.

Tak lupa, Managing Editor Men's Health Indonesia ini pun selalu memonitor jantungnya dari luar, yaitu lewat jam tangan yang dilengkapi heart rate monitor.  Yomi juga rajin mengecek kesehatan jantungnya satu tahun sekali di Singapura, sekaligus menghadiri acara Singapore marathon.

Terbukti, meski pernah memiliki masalah pada jantung, bukan berarti harus menghentikan hobi dan tidak bergerak aktif. Namun, semua tentu disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing. 

Sepertinya, Yomi tak bisa dipisahkan dari kehidupan berlari. Berlari menjadi sebuah kebutuhan. Menurut Yomi, berlari tak hanya sekedar menyehatkan tubuh dan pikiran. Berlari juga menjadi kegiatan sosial untuk membantu sesama.

"Berlari sepanjang masa. Kalau berlari kapan saja bisa kita lakukan," kata Yomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau