Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Kematian Selama Operasi Lebih Tinggi di Negara-negara Miskin

Kompas.com - 04/05/2016, 21:05 WIB
Lily Turangan

Penulis

Sumber Livemint

KOMPAS.com - Sebuah penelitian melaporkan, pasien dari kelas ekonomi bawah dan menengah yang menjalani operasi darurat di negara-negara seperti India, berisiko tiga kali lebih mungkin meninggal dalam operasi dibanding penduduk di negara-negara berpenghasilan tinggi.

 

Para peneliti, yang dipimpin oleh tim dari Universitas Birmingham, Edinburgh dan Sheffield, percaya bahwa kurangnya tindakan keselamatan pasien di negara-negara miskin adalah alasan utama munculnya perbedaan risiko tersebut.

 

Para peneliti mengembangkan metode baru dalam pengumpulan data, membentuk sebuah kolaborasi internasional dokter melalui media sosial.

 

Penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Surgery, memantau tingkat kematian pasca-operasi dan dipetakan melalui Human Development Index (HDI) dari masing-masing negara.

 

Mereka memantau 10.745 pasien selama 30 hari setelah menjalani operasi perut darurat di rumah sakit dari 58 negara peserta, termasuk India.

 

Negara-negara maju seperti Australia, Perancis dan Amerika Serikat juga negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah seperti Rwanda, San Marino, Bangladesh dan Peru.

 

Diyakini bahwa kurang dari sepertiga populasi dunia memiliki akses terhadap operasi yang aman, tepat waktu dan terjangkau.

 

Enam persen dari 300 juta prosedur bedah dilakukan setiap tahun di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, meskipun sepertiga dari populasi dunia tinggal di sana.

 

Studi ini menunjukkan, bahwa tingkat kematian tiga kali lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi, bahkan setelah menyesuaikan dengan faktor prognostik seperti kebugaran, sejarah diabetes dan status merokok.

 

 

Tim di belakang penelitian ini, yang berasal dari tiga universitas Inggris, percaya bahwa studi ini menunjukkan kebutuhan untuk meningkatkan keselamatan pasien di negara-negara berpenghasilan rendah, serta meninjau kembali daftar keselamatan operasi sebagai penanda global standar keselamatan rumah sakit.

 

"Hubungan antara meningkatnya jumlah mortalitas dan negara-negara berpenghasilan rendah dapat dijelaskan oleh perbedaan prognosis, dalam pengobatan, atau mungkin keduanya. Apa yang dapat kita katakan adalah bahwa penelitian kami menyoroti perbedaan yang signifikan antar negara, dan kebutuhan mendesak untuk mengatasi hal itu," kata Aneel Bhangu, dari University of Birmingham.

 

Tingkat kematian pasien yang menjalani pembedah secara rutin dikumpulkan di negara-negara berpenghasilan tinggi, seperti Inggris dan Amerika Serikat.

 

Tetapi ada sedikit atau tidak ada pengawasan di 70% negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

 

Ewen Harrison dari University of Edinburgh menjelaskan pentingnya pengumpulan data ini untuk memahami apa yang memengaruhi hasil bedah.

 

"Meningkatkan akses bedah dan keselamatan hanya bisa dicapai, jika kita benar-benar mengerti apa yang memengaruhi hasil bedah pada skala global," katanya.

 

Tim menggunakan model baru pengumpulan data dengan membentuk sebuah kolaborasi internasional dokter yang dikenal sebagai 'GlobalSurg'. Jaringan ini dibuat sebagian besar dengan menggunakan media sosial.

 

"Dengan menciptakan jaringan ahli bedah internasional, memungkinkan kami untuk mengumpulkan data pasien. Untuk mengukur hasil pembedahan ini, kami tidak menggunakan model penelitian tradisional melainkan dengan merekrut kolaborator melalui media sosial dan media lainnya. Cara ini menghadirkan platform berbagi data yang dapat diakses dari ponsel cerdas," kata Dr Edward Fitzgerald dari komite GlobalSurg.



Tim peneliti juga menganalisis jenis operasi yang dilakukan. Terlepas dari penelitian mengenai jumlah pendapatan pasien, operasi perut darurat yang paling umum dilakukan adalah pengangkatan usus buntu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com